“Ya Allah, berilah jalan keluar terbaik bagi kami. Jika ia masih jodohku, biarkan kami bersama tanpa membuat siapapun menderita. Jika kami harus berpisah, lapangkanlah hati kami dengan keputusan terbaikMu. Mudahkanlah semua urusan kami, Ya Allah.”
Hana tak dapat menahan tangis, saat menggumam doa selepas sholatnya itu.
Hatinya teramat resah, tak ada siapapun yang dapat menenangkannya selain curahan kasih sayang dari Yang Maha Kuasa.Hana takut, takut sekali.
Ia takut menyakiti orang lain. Meski, hubungannya dengan Sarita tak begitu baik. Tetap saja, ia tak ingin menjadi alasan perempuan itu menangis.
Jika Al membatalkan pernikahan mereka yang sudah terencana dengan hampir sempurna, sangat mungkin dia akan menangis dan dia akan menyalahkan Hana karena hal itu.
.
.
.
“Bu! Ibu ...!”
Suara seseorang terdengar di telinga Hana. Ia juga merasa bahunya ada yang menggoyang-goyangkan.
“Bangun, Ibu ...!”
Itu suara Raffa, putera kesayangannya.
Hana membuka mata, wajah tampan lelaki kecilnya menjadi pemandangan yang sangat indah pagi hari ini.
Eh tunggu …, pagi?
Ya, pagi!
Ini sudah pagi, dan Hana bangun kesiangan.
"Ya, Allaaah!" Wanita beranak satu itu panik bukan main.
Bagaimana ia kesiangan di pagi pertama? Di rumah mertuanya?
Hana melihat jam di dinding, ternyata sudah jam setengah delapan. Gegas ia melipat sajadah dan mukena yang masih dikenakan. Ini salahnya sendiri. Bagaimana bisa ia tertidur setelah shalat subuh dan baru bangun sesiang ini?
"Aaaaa!" Hana berteriak dalam hati. Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan?
“Ibu belum mandi ih!”
Hana mendengar puteranya bicara. Sedikit lebih mengarah ke mengejek sih sebenarnya. Raffa bahkan memencet hidungnya.
“Apa kamu bilang ….?!” Hana pura-pura tercengang dengan gurauan Raffa. “Jadi, ibu bau ya? Hah …?!” ia menggelitiki pemilik jantung hatinya tersebut.
“Hihihi…. Geli ibu …!” Raffa cekikikan karena rasa geli yang berasal dari gelitikan tangan ibunya.
“Kamu udah mandi?” Hana bertanya setelah tawa putranya reda.
Raffa menganggukkan kepala. “Udah.”
“Hah?! Udah? Sama siapa?”
“Sendiri. Tapi dibantuin sama ayah.”
“Hah?!”
“Sama Nenek, Ibu disuruh ke dapur, katanya nenek, nanti sarapannya keburu dingin.” Raffa menyampaikan pesan neneknya sambil berjalan ke luar kamar. Meninggalkan Hana yang tiba-tiba mengalami serangan panik, lagi.
.
.
.
Teramat perlahan Hana menjejak langkah. Dia tersenyum malu saat bertemu muka dengan Rahma, ibu mertuanya.
“Eh, udah bangun menantu Mama!” Wanita yang melahirkan Al itu berseru saat melihat Hana.
“Hehe. Ma-ma’af, Ma. Hana kesiangan.”
![](https://img.wattpad.com/cover/272954949-288-k221216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...