"SINTA!"
Wanita yang berprofesi sebagai sekretaris itu terperanjat. Lantas, ia berlari tergopoh-gopoh mendekat kepada atasannya.
"Iya, Pak Al? Ada masalah?" tanya Sinta. Dadanya masih debar kencang.
"Siapa yang booking di sini?!" Al bertanya seraya menatap geram sekretarisnya.
"Sa-saya, Pak," jawab Sinta terbata.
"Kenapa mereka bilang yang booking atas nama Hana?"
Sinta terdiam. "Oh! Iya, maaf saya lupa. Yang booking di tempat ini bu Hana."
Al merasa sangat kesal. Dia menghela nafasnya yang terasa begitu sesak. "Kenapa harus Hana? Kenapa bukan kamu sendiri, Sinta?" tanya Al.
"Ma'af, Pak. Bu Hana sendiri yang menawarkan diri." Sinta merasa sangat gugup, entah apalagi kesalahannya kali ini.
Mereka sedang ada di restoran, tempat di mana pertemuan keluarga Al dan Sarita akan dilaksanakan.
"Sudah, Al. sekretaris kamu juga gak tahu apa-apa. Dia gak salah," ujar Rahma.
Sinta merasa sedikit terhibur mendengar ibu kandung atasannya membela dirinya. Wanita yang melahirkan Al itu tiba di restoran bersama putranya. Bersamaan dengan kedatangan Sinta yang bertolak dari kantor.
"Tapi, Ma. Kenapa mesti Hana sih ...?"
Al mengepal tangannya kuat-kuat. Ia merasa begitu frustasi. Mengapa Hana harus terlibat dalam urusan pernikahannya seperti ini? Bagaimana perasaan wanita itu saat tahu dia harus membooking tempat untuk persiapan pernikahan laki-laki yang berstatus suaminya sendiri?
Al merasa sangat bersalah. Selama ini, selama menjadi sekretarisnya, Hana juga harus mengatur dan mengurus urusan Al dengan berbagai macam wanita. Mengapa selama ini ia selalu terlihat baik-baik saja? Tidakkah ia merasa terluka?
.
.
.
Sepuluh menit kemudian, pertemuan dua keluarga itu mulai berjalan. Di sebuah ruangan VIP yang sebelumnya dibooking oleh Hana.
Di ruangan tersebut, ada sepuluh orang sedang duduk berhadapan. Ada Al, yang datang bersama ayah dan ibunya. Kemudian, ada Sarita, yang juga datang bersama ayah dan ibunya. Mereka datang dalam waktu yang bersamaan dengan kedatangan Malik dan orang tuanya. Terakhir, ada Sinta, sekretaris Al, yang entah kenapa dia juga harus ikut menghadiri acara tersebut.Bagaimana kondisi Al saat ini?
Runyam!
Bukannya merasa lebih baik. Dia justru malah jauh lebih kesal.
Bagaimana tidak? Al meminta pertemuan keluarga di luar rumah adalah bertujuan agar keluarga Sarita berhenti melibatkan keluarga pamannya. Selama ini, setiap ada rapat mengenai persiapan pernikahan mereka selalu saja meminta pertemuan diadakan di kediaman Ridwan Hanafi. Padahal, bagi Al, mereka adalah orang luar yang seharusnya tidak diperkenankan terlibat terlalu jauh.
Semua keputusan mengenai rencana pernikahan ini selalu berakhir di tangan Astrid, istri Ridwan Hanafi, yang tak lain adalah bibinya Sarita. Ibu perempuan itu jarang sekali ikut bersuara. Tante Lina, ibu kandung Sarita selalu saja menyerahkan semua urusan kepada kakak perempuannya. Suaminya bahkan tak ia beri kesempatan untuk sekedar memberi saran.
Dan sekarang, keadaannya sama saja. Astrid dan suaminya ikut hadir juga pada pertemuan kali ini. Rasanya, Al ingin sekali menonjok sesuatu. Apalagi saat melihat wajah Ridwan Hanafi, ayah kandung Malik, sahabatnya, dan juga ayah biologis Hana, istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...