Malam itu, Hana menangis dalam pelukan ibunya. Ia berkeluh kesah mengenai sikap ayahnya yang menurutnya sangat mengecewakan. Arnita, wanita yang melahirkan Hana itu mengelus punggungnya dengan lemah lembut. Beliau tak mengatakan apapun, namun wajahnya menyiratkan empati atas apa yang tengah dialami sang putri.
“Aku benci sama Papa.” Hana bicara di sela isak tangis.
Hana menumpahkan semua kesal dan amarahnya terhadap laki-laki yang membuatnya lahir ke dunia itu.
“Sabar, Sayang.” Ibunya bicara.
“Kenapa Papa kayak gitu, Ma? Apa Hana bukan anak Papa?”
Wanita yang melahirkan Hana itu menggeleng, lantas ia tersenyum. “Kamu anak kandungnya. Hana, Papamu sayang banget sama kamu.”
“Bohong!”
“Iya, Sayang. Kamu anak kesayangan Papa.”
“Mama bohong.”
“Sayang, mama gak bohong. Pasti ada alasan di setiap keputusan Papa. Yang jelas, dia tidak akan membiarkan putri kesayangannya dalam bahaya.
“Hana, mungkin, papamu pernah melakukan kesalahan di masa lalu, tapi ia telah berusaha untuk memperbaikinya. Kamu boleh saja membencinya. Tapi, dia tetap ayahmu. Kamu harus menghormatinya.”
Ah! Hana benci sekali jika ibunya sudah mengatakan semua itu.
Terdengar bunyi decitan panjang.
Juga suara pagar dibuka. Hana mendapatkan kembali kesadarannya.Ternyata, mereka sudah di depan rumah Al. Tidak, bahkan sudah di garasinya.
“Hah?! Kenapa kita di sini?!” Wanita itu bertanya dengan paniknya.
“Kamu gak bilang mau ke mana. Jadi, aku bawa pulang aja,” jawab Al.
Plak! Hana menampar dahinya sendiri. Ini salahnya karena melamun sepanjang jalan tadi.
Harus bagaimana ini? bertemu dengan ayahnya saja ia tidak sudi, apalagi bertemu dengan orang tua Al. Mau ditaruh di mana mukanya?!
Hana membungkuk, menyembunyikan tubuhnya sendiri. “Mama kamu tahu kamu pulang sama aku?” tanya wanita itu setengah berbisik.
“Iya.”
Aish! Hana mendesah frustasi.
“Aku boleh pergi dari sini ya?!” Ia memohon pada Al.
“Mama udah siapin minum.”
“Al, please!”
“Lagian, di dalam ada ….” Al melipat bibirnya. Ia takut apa yang hendak dikatakannya akan membuat Hana marah.
“Ada siapa di dalam?” Hana bertanya. Tubuhnya masih membungkuk
“Ada …”
Belum selesai Al menjawab pertanyaannya, tiba-tiba Hana mendengar suara seorang anak berteriak.
“Ibu …! Mana ibunyah …?”
“Itu anak siapa?” tanya Hana.
“Itu ….” Al nampak enggan menjawab.
“Ibu …!”
Eh, tunggu! Hana mengenal suara anak kecil tersebut. Wanita itu tercengang. “Itu Raffa?” Ia bertanya tanpa suara.
Al menganganggukkan kepala.
“Kenapa dia ada di sini?”
“Malik yang bawa.”
Hadeuuh! Hana kesal sekali. Dia memukul-mukul lengan Al dengan segenap kekesalannya.
“Ibu …?” Raffa memanggil Hana lagi. Lelaki kecil itu menempelkan wajahnya di kaca mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...