"Sinta ...! Kamu datang?"
Hana mendengar seseorang menyapa.
Sial! Itu suara Dharma, orang selalu dihindarinya. Laki-laki itu adalah kakak sulung Sarita. Hana sangat membencinya, dia pernah hampir melecehkan Hana beberapa kali.
"Lepas!" Hana memberontak saat Dharma memegang tangannya.
"Aku pikir kamu gak datang," ujar Dharma. Matanya melayangkan tatapan memuja.
Hana merasa sangat geram. "Jangan bicara padaku! Atau, kamu akan tahu akibatnya."
"Kenapa?"
Buagh!
Hana menonjok Dharma. Seketika ia terjungkal ke belakang
"Sudah ku peringatkan." Hana berguman pelan.
"Dharma ...!" Ibu laki-laki itu datang, langsung menghampiri anaknya yang baru saja mendapat hadiah bogem mentah dari Hana.
Sepertinya, tante Lina tidak melihat adegan saat Hana menonjok Dharma. Jadi, dia membiarkanya pergi begitu saja.
.
.
.
Hana kembali pada misinya, mengejar Yoga. Dia juga harus menyelamatkan amplop yang berisi berkas-berkas pribadinya. Sebenarnya bohong, kalau dia berkata amplop itu tidak penting pada Yoga beberapa waktu lalu. Tentu saja itu penting. Akan sangat merepotkan jika sampai rusak atau hilang.
.
.
.
Hana diterpa perasaan ngeri saat tiba di area acara lamaran. Mulutnya tak henti menganga, terlebih saat masuk lebih dalam lagi. Tempat itu kacau!
Back drop berhias kain putih yang sedianya berfungsi sebagai pintu masuk area acara sudah terguling. Belasan kursi berada dalam posisi terbalik. Dan yang lebih parah adalah di area prasmanan, meja-meja tempat makanan dihidangkan dalam kondisi terguling. Sepertinya, Yoga mendorong meja-meja itu sekuat tenaga, semua yang ada di atasnya tumpah, hanya ada satu bagian meja yang selamat.
Tepat di depan meja saji, ada sebuah meja lagi juga dalam keadaan terguling, di sekelilingnya, pecahan gelas kaca menumpuk. Ada juga yang masih utuh, tergelinding ke berbagai tempat. Entah berapa jumlah gelas kaca yang awalnya ditumpuk di atas meja tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
Roman d'amourIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...