“Haaaah!”
“Aaaaa …!”
“Dasar Hana! Bodoh! Bego!”
“Cuma dipuji cantik, masa kamu luluh gitu aja, Hana …?!”
Di sudut kamar mandi, Hana terus saja merutuki dirinya sendiri. Entah bagaimana ia harus menghadapi semuanya setelah ini. Sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya akan berakhir di pelukan Al tadi malam. Hana menyerahkan dirinya begitu saja. Bayangkan! Hanya karena dipuji ‘cantik’.
“Hidup kamu gak semenyedihkan itu, Hana …!” Ia mengiba dalam hati.
.
Setelah apa yang terjadi dini hari sebelumnya, Hana tak sanggup bertemu Al. Saat ia bangun pada subuh hari, setelah membersihkan diri dan melakukan kewajibannya sebagai hamba, Hana langsung saja melarikan diri ke rumah sakit. Al masih tidur saat ia pergi.
“Loh, Hana? Kok udah datang?” Rahma menyambutnya di depan pintu kamar rawat Raffa.
“Iya, Ma. Hehe. Takutnya, Mama sama Papa punya kesibukan hari ini. Jadi, Hana datang, biar kita gentian.”
“Oh, iya. Kebetulan. Papa memang harus ada kerjaan di luar kantor hari ini.” Rahma tersenyum dan mengelus lembut pipi menantunya. “Jadi, Mama harus siapin keperluan Papa. Mama seneng banget Hana datang sepagi ini.”
“Iya, Ma. Hehe.”
“Ayo, Pa. kita pulang sekarang. Biar Hana yang jagain Raffa.” Nenek dari putra Hana itu bicara pada suaminya.
Beberapa menit kemudian, hanya tersisa Raffa dan ibunya di ruangan itu. Beberapa kali Al menelepon, juga mengirim pesan. Hana tidak mengangkat dan juga tidak membalas satupun pesan yang dikirimkan suaminya tersebut.
Hana sangat bingung dengan situasinya saat ini. Meskipun Sarita mengatakan bahwa ia mengundurkan diri dari rencana pernikahannnya dengan Al, namun, Hana sama sekali belum merubah keputusannya. Ia pikir, undur dirinya Sarita itu belum tentu disetujui oleh keluarganya. Bagaimana kalau ayah dan ibu Sarita tetap menginginkan pernikahan itu dilaksanakan? Bagaimana jika orang tua Al juga menginginkan demikian?
Dan lagi, Hana sudah merencanakan banyak hal yang akan dia lakukan setelah perceraiannya diputus pengadilan. Ia begitu optimis bahwa hidupnya setelah resmi menjanda nanti akan lebih baik dan lebih Bahagia. Ia bisa mencapai semua yang diinginkannya. Tekad Hana untuk bercerai sudah bulat.
Namun, kegiatannya dengan Al dini hari itu, membuyarkan kebulatan tekadnya.
“Aish!” Hana menghentak-hentakkan kaki karena kesal. Ia begitu sibuk berkeluh kesah. Raffa yang sejak tadi melihat kelakuannya luput untuk ia perhatikan.
.
.
.
Pukul delapan pagi, Malik datang bersama Yoga.
“Kamu kenapa?” Hana mendengar sudara tirinya bertanya. Sementara Yoga, adik bungsu mereka sedang sibuk bercanda tawa dengan Raffa.
Hana menghela nafas. “Enggak apa-apa,” jawabnya.
“Gak apa-apa kok, kayak orang abis kemalingan gitu?”
‘Kemalingan’. Hana terusik mendengar pilihan kata yang Malik ucapkan.
"Ya, aku memang merasa habis kemalingan." Hana membatin. Lantas, ia menghela nafas panjang. Entah sudah berapa kali melakukan itu sepagi ini. Karena tubuhnya terasa lemas, Hana mendudukkan dirinya di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...