“Jangan jauh-jauh sembunyinya …!”
Anak kecil itu tak mengindahkan kata-kata pengasuhnya. Ia berlari sejauh dan sekencang yang ia bisa. Kali ini, ia sudah bertekad, tak akan mudah ditemukan.
“Al …!”
Pengasuh memanggil-manggil namanya. Al kecil, yang waktu itu berusia tujuh tahun, cekikikan di dalam sebuah lubang galian, entah itu taman atau padang bunga.
“Al …!”
“Al …!”
“Al …!”
Lalu, hening, sepi.
Satu menit, dua menit, tiga menit, hingga hampir setengah jam, pengasuhnya tak dapat menemukannya. Wanita paruh baya yang biasa dipanggil ‘bi Asih’ itu bahkan sudah tak terlihat lagi batang hidungnya.
Al memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Ia berlari menuju tempat semula ia datang.
Tapi nahas. Al terjatuh, kakinya terantuk batu.
“Huwaaa …!” Anak lelaki itu menangis kencang. Namun, tak ada siapapun datang menghampirinya. Tak ada bi Asih, apalagi orang tuanya.
Tiba-tiba seoranag gadis muda datang menghampiri. Dengan wajah ramah dan suara yang lembut, ia bertanya. “Hei, sayang …? Kok nangis? Kenapa? Jatuh ya?”
“Aku jatuh.” Al menjawab sambil menangis.
“Oh, jatuh? Ya Allah kasian banget.”
Dikasihani seperti itu, tangis Al bertambah kencang.
“Cup, cup! Sayang …” Gadis muda itu memeluk dan membelai penuh sayang. “Gak apa-apa, nanti juga sakitnya sembuh, Cuma sebentar kok.”
Mungikin, butuh waktu sekitar 5 sampai tujuh menit Al menangis. Ditemani gadis muda itu di sisinya, setia memeluk dan mengelus punggungnya.
“Tahu gak?”
Al mendongak mendengar pertanyaan penolongnya. “Apa?”
“Kalau kita sakit, tandanya Allah sayang sama kita.”
“Beneran?” tanya Al.
Gadis muda menganggukkan kepala. “Beneran. Makanya, gak usah sedih, boleh nangis, tapi sebentar aja. Setelah itu, bangun lagi, berdiri lagi, lari-lari lagi. Ya?!”
Al mengaggukkan kepala.
“Al …!”
Percakapan mereka teralihkan. Suara bi Asih Kembali terdengar di telinga Al. Entah dari mana beliau beberapa menit yang lalu.
“Kok kamu nangis?” Bi Asih bertanya setelah melihat sisa-sisa air mata di pipi Al.
“Tadi jatuh.” Al mengadu.
Bi Asih menyapa gadis yang menolong Al dan berterima kasih dengan ramah. Sejurus kemudian, pengasuh Al sejak bayi itu memboyong anak majikannya, untuk kembali duduk bersama orang tuanya di restoran yang tengah mereka kunjungi.
“Pulang dulu ya!” Dengan suara jenaka Al berseru kepada penolongnya .
“Nanti main ke sini lagi ya …!” Gadis itu melambaikan tangan.
Begitu juga Al, ia membalas lambaian tangan. Saat itu, ia berdiri bersama bi Asih yang sudah menghadapkan dirinya ke arah tujuan mereka. Kepala Al dipegangi oleh bi Asih selama ia melambai-lambaikan tangan.
Puk! Puk! Ada yang menepuk-nepuk pipi.
“Al!” Juga memanggil namanya.
Sepasang mata milik Al terbuka. Wajah cantik Rahma--ibunya, hadir dalam pandangan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Mimpi Alfarizki
RomanceIa terbangun di sebuah padang rumput. Sinar mentari membuat pandangan matanya silau. Sepertinya, hari beranjak siang. Tiba-tiba ia melihat sesuatu. Ada seorang, tidak, ada dua orang. Tepatnya, ada seorang anak kecil dan seorang wanita. Mereka berdi...