Bab 7

3.6K 309 10
                                    

"Menurut Papa, kenapa Al terus-terusan nolak untuk nikah? Dia bahkan gak kelihatan tertarik sama perempuan. Mama takut, Pa."

"Mama jangan mikir berlebihan deh. Papa yakin kok, dia masih normal. Cuma, masalah jodoh kan bukan kita yang atur. Mungkin, emang belum ketemu aja sama jodohnya."

"Apa karena perempuan itu ya, Pa?"

"Perempuan itu kan udah berhenti kerja di kantor Al. Kalau gak salah udah dari dua minggu yang lalu. "

"Iya, sih. Untung dia pegang janjinya sendiri ya, Pa."

Percakapan suami istri tentang anak sulung mereka itu terjadi di sebuah ruangan. Tanpa mereka tahu, orang yang mereka bicarakan sejak tadi mencuri dengar.

Al mengernyit setelah mendengar pembicaraan orang tuanya. Mereka tidak hanya membahas tentang dirinya, tapi juga tentang seorang perempuan. Kalau tidak salah, ayahnya mengatakan perempuan tersebut sudah berhenti kerja di kantor Al sejak dua minggu lalu.

Siapa perempuan yang dimaksud oleh Mama sama Papa? Apakah itu Hana? Jika memang benar itu Hana, ada apa dengan 'janji' yang disebutkan tadi? Apa yang Hana janjikan? Kenapa dia harus berjanji? Apa Hana berjanji untuk meninggalkan pekerjaannya di kantor? Tapi, kenapa? Buat apa?

Berbagai macam pertanyaan berseliweran di benak Al. Jujur saja, itu membuatnya pusing. Tapi, hal tersebut sama sekali tidak bisa dianggap hanya angin lalu.

Al mengambil telepon selularnya. Lantas, ia men-dial nomor Hana, mantan sekretarisnya.

"Halo. Pak Al?"

"Hai, Hana. Apa kabar?"

"Baik, Pak. Ada perlu apa menelepon?"

"Ini ... Hm ...." Al bingung bagaimana harus mengajukan pertanyaan.

"Apa, Pak? Ada masalah di kantor?"

"Bukan, Hana. Bukan soal itu."

"Lalu soal apa, Pak?"

"Saya mau nanya?"

"Nanya apa?"

"Alasan kamu berhenti kerja di kantor saya."

"Loh, kan saya udah bilang, saya mau cari pekerjaan yang waktunya lebih fleksibel untuk anak saya."

"Selain itu?"

Kening Hana berkerut. "Maksudnya?"

"Kamu pernah janji sesuatu sama orang tua saya?"

"Hah?!" Hana terdengar kaget dengan pertanyaan yang diajukan oleh Al.

"Kamu berhenti karena orang tua saya?"

"Hah?! Ehmm ... enggak tuh. Memang sih, ada alasan lain, tapi, gak ada hubungannya sama sekali kok dengan orang tua Bapak?"

"Terus, apa alasan yang lain itu?"

"Hmm ... Ma'af, Pak. Itu ... sangat pribadi, jadi saya susah jelasinnya."

Jujur saja, Al sedikit curiga. "Gitu ya?"

Arti Mimpi AlfarizkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang