Jangan lupa ninggalin jejak disetiap paragraf yaa.
Happy reading
Sudah hampir sore Thalia masih saja menunggu Athala dihalte. Dia menyesali ucapan nya yang sudah kelewat batas tadi siang terhadap cowok itu. Padahal menurut nya tidak ada salah nya juga karena Athala lah yang salah.
Mendung sore menjelang hujan sudah keliatan, suara gerimis dari atap halte pun sudah bersuara Thalia belum kunjung pergi dari tempat itu. Berharap Athala akan lewat sini. Karena biasa setiap sore Athala dan teman teman nya baru pulang dari warteg tempat mereka berkumpul yang berada di belakang sekolah SMA GARUDA BANGSA.
Bruk brum
Thalia yang mendengar deru motor sport itupun lantas menoleh kemudian sorot matanya mendapat Athala sudah duduk diatas motornya dengan memegang helm yang ada didepan bahu kekar cowok itu.
"WOI LO MAU SAMPAI KAPAN DISITU BENTAR LAGI TURUN HUJAN!" teriak Athala dari seberang Halte yang kini ditempati Thalia.
Mendengar suara Athala, Thalia pun menghampiri nya dengan cepat. Lari lari kecil ditengah gerimis hujan membuat rambut yang terdapat aksesoris bando pita itu menjadi sedikit basah.
"Jangan lari ntar jatoh," tegur Athala terhadap Thalia.
"Gue nungguin lo daritadi kok lama banget dari warteg," ucap Thalia sambil memperbaiki rambutnya lalu mengikat nya dengan ikatan yang sebelumnya berada di tangan nya.
Melihat pergerakan Thalia Athala sedikit menarik senyum nya. Demi Tuhan Thalia sangat cantik bila diikat seperti ini. Namun seberusaha mungkin ia tutupi agar tidak terlihat oleh Thalia.
"Ngapain nunggu gue?" tanya Athala.
"Anu... Itu..." ucap Thalia yang masih menyaring apa yang ingin dibicara. Takut salah ngomong apalagi disaat situasi seperti ini. Hanya tinggal mereka berdua.
"Ngomong yang bener."
"GUE MINTA MAAF SOAL TADI!"
Thalia membungkam mulutnya kala dia merasa sudah kelewat batas berbicara seperti ini ke Athala tapi dia juga sudah lega sedikit karena sudah meminta maaf. Dimaafkan atau tidak itu sudah bukan urusan dia.
"Ayo naik, bentar lagi mau hujan."
"GUE MINTA MAAF BUKAN MAU NAIK MOTOR LO!" ketus Thalia karena ternyata jawaban yang Athala lontarkan tidak sama dengan yang dia pikirkan.
Makanya jangan banyak berharap sama manusia.
"Gue maafin sekarang naik atau gue tinggalin terus lo Jalan kaki kena hujan sampai rumah," ajak Athala pada Thalia.
Setelah lama berpikir Thalia pun melangkah kan kakinya mendekat ke motor Athala yang berwarna hitam besar itu. Bisa dibilang dia orang pertama yang Athala izinkan untuk naik. Karena Thalia pun tidak pernah melihat Athala menggonceng cewek diatas motornya. Selain dirinya.
Jika ditanya darimana Athala mendapatkan kembali motornya? Tentu saja dia sudah pulang daritadi namun kembali lagi untuk memberikan surat tanda tangan orangtuanya ke ruang BK dengan perjanjian dia tidak akan mengulangi nya lagi. Karena orang tua nya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak bisa untuk datang langsung ke sekolah dan hanya berakhir di rumah saja. Namun bukan Athala lah namanya jika hidup tidak penuh dengan pengulangan.
Kini dua remaja yang masih bergalut baju SMA itu sedang dikelilingi rasa gugup. Thalia tidak tahu harus berbicara apa begitupun Athala. Thalia sangat tidak suka saat seperti ini. Karena merasa tidak ada yang membuka topik Thalia pun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Athala." Suara kecil Thalia yang memanggil nama Athala. Athala yang merasa terpanggil pun melirik kaca spion dan berdehem kecil seolah mengisyaratkan bahwa dia mengatakan "Apa"
"Tadi lo dihukum sama pak Dahlan?"
"Enggak."
"Kalau temen temen lo?"
"Enggak juga."
"Terus apaan?"
"Apanya?"
"Apa yang ditanyain Pak Dahlan sama lo?"
"Gak ada apa apa."
"IH ATHALA KOK GITU!" cetus Thalia.
"Jangan teriak kuping gue nanti tambah pengang."
"Ya maaf abis nya lo ngeselin." Thalia menjawab penuh kegeraman.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Empat menit.
Lima menit.
Athala menghembuskan nafas kasar nya. "Gue sama temen-temen gue cuma dikasih surat sebagai jaminan nya."
"Kalau lo langgar nanti apa lagi hukuman nya?"
"Lo berharap gue lakuin kesalahan lagi?"
"Bukan gitu, gue cuma-"
Tidak mau mendengar lebih banyak lagi Athala pun memotong pembicaraan Rasya "Cuma apa?" ucapan nya sudah tidak sama seperti tadi lagi. Sekarang sudah berubah menjadi lebih dingin. Yang daritadi adalah nada bicara yang sering kali Thalia dengar jika Athala sedang bercanda dengan teman teman nya.
"Gak papa lupain, fokus aja bawa motornya."
Bukan nya gimana hanya saja Thalia takut nanti Athala akan marah kepadanya dan berakhir menurunkan nya di jalanan seperti ini kan tidak lucu.
***
Setelah sampai Thalia pun turun dari motor dan memberi kan helm nya pada Athala.
"Nih helm lo, makasih ya."
"Ini rumah lo?" tanya Athala memperhatikan rumah yang berwarna putih didepan nya ini. Dipekarangan nya terdapat banyak tanaman dan bunga yanf warna warni. Di pojok kiri terdapat ayunan yang masih keliatan terawat baik. Juga ada anak kecil perempuan yang mengintip dari balik gorden jendela yang sudah dipastikan itu adalah adik Thalia.
"Siapa lagi kalau bukan rumah gue," jawab Thalia
"Yang di dalem adik lo?" tanya Athala masih memperhatikan anak kecil itu.
"Iya, udah sana lo pergi nanti adik gue keluar," usir Thalia pada Athala.
Bukan nya takut akan adik nya keluar. Tapi Thalia takut adik nya itu akan mengadu ke mama nya kalau Thalia diantar oleh cowok. Biarpun adik Thalia masih bocil, tapi pikirannya sudah melebihi orang dewasa.
"Gue pulang, lo masuk," titah Athala lalu menghidupkan kembali motornya.
Thalia memang senang bisa berinteraksi dengan Athala namun ada hal yang harus ia jaga yang menjadi kan nya harus membatasi pergerakan nya dengan Athala.
TBC
Siang nih, apa kabar?
Kalian ada yang udah pts belum?
Aku sih hari Senin yaa. Buat yang nanti mau pts semangat yaa, I know you can do it!!!
See u, Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...