Happy Reading
Cafetaria, 16.00 wib.
Athala sudah berada sejak 30 menit yang lalu. Dirinya terlalu tergesa-gesa sedari tadi. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Ia hanya menatapnya dari disisi dinding kaca Cafe. Terdapat orang-orang yang berjalan santai, mobil dan motor yang berlalu lalang mengisi keheningan kota Jakarta.
Athala lalu melirik jam tangannya lalu menghembuskan nafas. "Gak papa, gue pernah nunggu lebih lama dari ini," gumam Athala pelan.
Kemudian Athala mengetik pesan yang sudah tentu ditujukan kepada Thalia.
Athala Abraham:
Lo dmn?Setelah mengetik pesan tersebut. Salah satu barista Cafetaria menghampiri Athala.
"Permisi, gak mau pesan terlebih dahulu?" tanya salah satu barista berambut panjang itu.
"Enggak. Lagi nunggu temen, ntar gue pesen bareng dia," ucap Athala.
Barista itu terkekeh, "Mau nyatain perasaan ya?"
Athala spontan melirik barista itu dengan dahi yang mengerut. "Kok lo tau?"
"Bukan hanya kamu kok yang mau nyatain perasaan disini. Cafe ini udah jadi ciri khas dimana kedua perasaan disatukan," jelas barista lalu meninggalkan Athala dengan senyuman yang terukir diwajahnya.
"Barista aneh."
***
Di lain sisi, Thalia dengan pikirannya sedang bergulat. Perempuan itu sudah mondar-mandir dari tadi. Mencari jawaban di otaknya namun seakan tertimpa batu. Kepalanya kini sudah buntu dan tidak bisa berpikir jernih.
Karena bukan hanya kali ini Thalia diajak ketemuan oleh Athala. Sampai akhirnya Thalia hanya akan melukai hati Athala. Dan perempuan itu tidak mau ini terjadi lagi.
"Apa gue pergi aja kali ya?"
"TAPI NANTI GIMANA KALAU DIA MAU BILANG SESUATU?"
Jika banyak orang yang melihat Thalia, dirinya akan disangka orang gila karena berbicara seorang diri.
Thalia kemudian mengambil handphone nya di saku cardigan yang ia pakai. Dirinya lalu mencari satu kontak dan langsung melakukan panggilan suara.
Tidak lama suara perempuan sudah terdengar jelas di telinga Thalia.
"VAN PLEASE BANTU GUE!" teriak Thalia di dalam handphone.
"THALIA LO MAU BIKIN KUPING GUE PENGANG APA YAH?" jawab Vanya dari seberang sana.
"Aduh maaf! Gue mau minta pendapat lo sekarang."
"Pendapat apa?"
"Gue kan punya temen. Dia sebentar lagi mau dinyatain cinta dengan temennya. Tapi temen gue ini gak mau, karena ada suatu alasan gitu. Dan dia diajak ketemuan dengan cowok itu. Menurut lo, temen gue dateng aja atau gak usah?"
"Menurut gue sih gak usah dateng ya. Karena yang pertama, kalau temen lo dateng dan cuman nolak si cowok itu pasti bakalan ngelukain perasaan si cowok doang. Yang kedua, dia pasti bakalan sedih karena gak dapet jawaban yang sesuai dengan ekspektasi dia. Yang ketiga, kalau temen lo dan si cowok itu ketemu lagi dan udah dalam status di tolak, hubungan mereka berdua bakalan lebih renggang dari biasanya."
"OH GITU YA? GUE GAK SALAH MILIH TEMEN!"
"Emang temen lo siapa sih? Perasaan lo cuman main ke kita-kita doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...