22. ARBANI

5.4K 296 23
                                    

Di chapter ini kalian dibuat greget sekaligus baper!!!

Jadi jangan lupa ninggalin jejak kesan pesan kalian di tiap paragraf nya ya!

Happy reading

"Lo mau ngomong apa bos?" ucap Alan pada Athala.

Anak Arbani sudah kumpul di warteg belakang sekolah. Ijal pun sudah selesai memesan mie instan dan bersiap untuk memakannya.

"Apa yang membuat Athala seperti ini?" tanya Reja berlagak seperti wartawan.

"Kalau gue kasih tau lo semua, kalian bakalan ngelakuin apa?" tanya Athala balik.

"Kita semua bakal ada di sisi lo. Dan yang pastinya Ijal bakalan jadi badut gadungan buat ngehibur lo, bos." Reja mengucapkan kata-kata yang membuat seluruh anak Arbani tersenyum. Terkecuali Ijal. Anak itu memakan mienya hingga tersedak.

"Sialan lo!" ketus Ijal saat dirinya ingin dijadikan badut.

"Demi bos Jal. Yakali gak mau," ujar Nail.

"Enggak perlu," sahut Athala.

"Gak papa kok bos. Gue nanti sewa kostum badut," balas Ijal cepat. "Tapi boong!" lanjutnya.

"BOCAH PRIK LO JAL," seru Bagas dengan mata sinisnya.

"Kalian masih pada inget kan seminggu lalu gue pengen nembak Thalia?" ucap Athala menanyakan pada anggotanya.

Anak Arbani pun lantas mengangguk bersamaan.

"Terus apa jawaban Thalia?" tanya Alan.

"Jangan bilang bos kita di tolak?" ujar Nail cengengesan merasa itu tidak akan terjadi.

"Gak mungkin lah. Iyakan kan bos?" kata Reja tidak yakin dengan ucapan Nail.

"YAKALI ANJIR ATHALA DI TOLAK!" teriak Bagas membuat semuanya terkejut. Sampai pemilik warteg pun ikut kaget.

"Bego! Bego!" desis Nail menatap Bagas. Bisa-bisanya dia berteriak sekencang itu?

"Ya maap."

"Nail bener," celetuk Athala lalu menatap aspal jalanan.

Seluruh anak Arbani terkejut lagi. Bukan karena teriakan, melainkan dengan tuturan kata yang dilontarkan Athala.

"DEMI ALEK BOS? KOK BISA?" ucap Bagas.

"Ya bisa lah. Udah sering juga," balas Athala.

"PANTESAN ANJING LO PATAH HATI!" seru Reja seraya menepuk pundak Athala. "Tenang aja bos. Jodoh gak akan kemana."

"Saingan yang ada dimana-mana," sambung Alan.

"Becanda gue," lanjutnya.

"Siapa yang mau nyaingin anak konglomerat?" ujar Ijal.

Athala tertawa kecil. Membuat anak Arbani terpaksa ikut tertawa juga.

"Hahahaha," kata Bagas. Namun nadanya sangat tidak seperti orang tertawa pada umumnya.

"Nyindir kok gitu sih bang. Nyindir mah di bahu," ucap Ijal.

ATHALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang