11. MASALAH RUANG OSIS

7.5K 402 39
                                    

Alooo readers Athala!
Athala up nih, ada yang kangen gak?
Maaf baru bisa up sekarang, lagi sibuk hehe.
Gak usah lama-lama, yu langsung baca aja.

Happy reading

Athala melangkah kan kakinya menuju kelas Thalia. Dia ingin bertemu gadis yang sudah membuat nya gila tadi malam. Koridor sekarang sedang sepi karena waktu pelajaran sudah dimulai. Bukan Athala namanya kalau tidak melanggar peraturan.

Sesampainya di depan pintu kelas IPA 1 Athala mengetuk pintu. Dan melihat guru didalam nya yang sedang menerangkan soal.

"Athala, kenapa kamu disini?" tanya guru perempuan yang berbadan besar itu. "Bukan nya sudah jam pelajaran?" lanjutnya.

"Saya mau cari Thalia Bu. Ada enggak?" Athala berdiri menunggu jawaban.

Tidak lama kemudian guru itu menjawab. "Thalia sedang ada rapat. Kamu bisa cari dia diruangan osis."

Athala mengangguk. Lalu melirik sekilas bangku Thalia yang kosong. Hendak berbalik arah.

"Athala!" Vanya memanggil nya. Vanya berdiri dari tempatnya, mengambil tempat pensil berbentuk kuda poni. "Sebentar Bu, saya mau kasih ini ke Athala." Vanya meminta pada guru.

Vanya menghampiri Athala. Lalu menatap cowok itu. "Tolong kasih Thalia. Tempat pensil nya ketinggalan."

Athala mengangguk lalu mengambil tempat pensil itu. Tidak mengatakan sepatah katapun.

Athala berjalan lagi keruang osis. Berhubung kelas Thalia berdekatan dengan ruang osis, menjadikan Athala tidak perlu berjalan jauh.

Rahang tegas Athala mengeras. Pandangan pertama yang ia dapat adalah Thalia duduk bersamaan dengan Shaka. Mereka berdua sama-sama menatap laptop yang berisi kegiatan mereka kali ini.

Tanpa aba-aba Athala langsung masuk kedalam ruangan yang dipenuhi dengan anak osis. Athala menarik paksa Thalia untuk berdiri. Satu tangan nya memegang tempat pensil Thalia. "Oh jadi ini yang dibilang rapat osis?" Athala menatap Thalia perlahan lalu memiringkan kepalanya untuk menatap Shaka. "Banyak tuh yang lain ngerjain tugas nya tapi gak dempet-dempetan gini."

"Athala lo apa-apaan si!" Thalia membentak. "Lepasin gak!"

Athala kembali menatap Thalia. Tatapan kali ini seperti saat Athala ingin memakan mangsanya. "Kalau gue gak mau?"

Shaka maju. Berhadapan dengan Athala dan Thalia. "Lo udah nyakitin dia bro." Shaka menarik tangan Thalia yang satu lagi. Kini mereka sudah seperti ribut-ributan soal mainan.

Keadaan yang tadi hening langsung berubah total saat kedatangan Athala. Mereka sudah menjadi pusat perhatian anak-anak osis yang berada disini.

Thalia menyentakkan kedua tangannya dengan keras. Tidak peduli bahwa tangannya sekarang terluka. Dia hanya ingin terlepas dari kedua orang ini.

Setelah terlepas Thalia langsung pergi dari tempat itu. Lagi-lagi dia tidak peduli dengan Athala serta Shaka yang terus memanggil namanya.

Athala melirik tangan kanannya yang terdapat bercak darah. Namun, bukan tangan nya yang berdarah. Melainkan tangan Thalia.

"ARGHHH ANJING!" Athala meluapkan penyesalan nya karena telah melukai gadis itu. Memukul dinding dengan tangan kekarnya. Tidak keras, tapi bisa menimbulkan sedikit retakan dinding.

***

Thalia duduk menyendiri berusaha untuk menenangkan dirinya. Gadis itu menangis dalam diam dibalik rambut panjangnya yang menjuntai ke bawah karena dia sedang menunduk.

ATHALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang