Follow Instagram: @wattpadra ya!
Di sana aku juga selalu ngasih info.
SPAM KOMEN JUGAAA!
Happy reading
Athala mengeluarkan mobil sport kesayangannya dari dalam garasi. Awalnya ia hanya ingin membawa motor untuk pergi ke sekolah, tetapi ia mengingat kembali seseorang yang harus ia jemput. Laki-laki itu tidak sering menggunakan mobil tapi untuk kali ini, entah dorongan apa yang membuat dirinya sangat ingin mengendarai mobil di pagi hari.
Setelah mengeluarkannya, Athala lalu mengambil tasnya kemudian
berpamitan dengan Bunda dan juga Bibi Yuni. Sedangkan Rivano, ia lebih dulu pergi ke sekolahnya untuk menghindari kemacetan kota Jakarta."Bun, aku ke sekolah dulu," kata Athala seraya mencium telapak tangan Bunda.
Bunda tersenyum lebar menanggapinya. Lalu tangan Wanita itu terangkat membenarkan rambut Athala yang teracak-acakan. "Kamu nih kebiasaan," ucapnya. "Emang siapa lagi yang bisa urusin kamu selain Bunda?"
"Thalia, pacar Atha." Athala terkekeh kecil.
"Anak Bunda ternyata udah besar," ujar Bunda seakan terharu melihat Athala yang juga sedang menatapnya. "Masa kecil terus," balas Athala.
"Tuhkan! Katanya udah besar, tapi kamu masih selalu ngelawan kalau dibilangin."
Athala cengengesan di tempatnya. "Ampun, enggak lagi."
"Ke dalam gih, pamitan dengan Bibi," ucap Bunda.
"Siap!"
Laki-laki itu lalu kembali berjalan masuk ke dalam rumahnya untuk menemui Bibi Yuni. Bibi Yuni yang telah bekerja di kediaman Rivano sama dengan usia Athala sekarang. Lebih tepatnya Wanita itu bekerja selama lebih dari 16 tahun.
"Bibi dimana?" seru Athala.
"Bibi ada di dapur," sahut Bibi Yuni.
Tanpa menunggu lama lagi akhirnya Athala menghampiri Bibi Yuni yang ternyata sedang cuci piring. Mendengar suara langkah kaki membuat Bibi Yuni sontak berbalik. "Loh, Nak Athala kenapa balik lagi?"
Athala semakin mendekat kepada Bibi Yuni. "Mau salim Bi," celetuk Athala. Kemudian ia mengulurkan tangannya.
Bibi Yuni langsung mematikan keran air dan mengelapkan tangannya di handuk kecil yang sudah tersedia. Lalu ia mengambil uluran tangan Athala, saat telapak tangannya bersentuhan dengan dahi Athala, Bibi Yuni merasa suatu kehangatan di dalam hatinya.
Selanjutnya Athala menegakkan kembali dirinya lalu berkata, "Aku mau ke sekolah dulu Bi."
"Oh..." Bibi Yuni mengangguk-angguk mengerti.
"Silakan atuh, Nak Athala yang hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebutan. Patuhi peraturan lalu lintas Nak."
Athala mengangguk paham lalu mengajumi jempol. "Pasti."
Setelah semuanya telah selesai, Athala bergegas ke mobilnya karena waktu yang sudah tidak banyak lagi. Laki-laki itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Untuk hari ini untungnya kendaraan tidak terlalu banyak, tetapi tidak sedikit juga.
Dalam perjalanan Athala pergi ke rumah Thalia, ia memakan waktu sekitar 10 menit saja. Mobil itu kemudian berhenti di depan rumah minimalis berwarna putih bersih yang dihiasi oleh bunga-bunga di pekarangannya.
Athala turun dari mobil dan menekan tombol bel yang telah tersedia di samping pagar.
Ting nong.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...