24. LAWAN ARAH

5.3K 267 49
                                    

Hai!!!

Apa kabar? Semoga sehat selalu yaaa.

Dan yang tentunya, jangan bosen dengan cerita aku okay?

Aku bakalan nulis dengan giat supaya kalian tambah suka!

Happy reading

Deru suara motor meramaikan pekarangan sekolah. Setelah sampai, mereka memarkir kendaraan beroda dua itu secara berjejeran dan rapi. Athala sengaja mengambil sedikit wilayah parkir yang hanya khusus anggota Arbani saja. Yang tentunya sudah dalam persetujuan Rivano.

"Enaknya punya ketua anak pemilik sekolah," sahut Ijal seraya membuka helm kemudian turun dari motor.

Bagas menoleh mpenatap Ijal. "Makanya Jal. Lo harus patuh ama bos kita. Ntar kalau salah dikit di depak lo dari sekolah!"

"Bener tuh! Awas lo macem-macem," ucap Nail ikut menambahkan.

"Ngapa pada ke Ijal. Ke kita juga lah," balas Reja.

"Kalau satu kena pasti kena semua," celetuk Alan.

"Ngarang lo semua. Yakali gue depak temen gue sendiri," ucap Athala lalu membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Ucapan itu sontak membuat anak Arbani yang lain tertawa. Ternyata Athala tidak gampang terpengaruh oleh ucapan seseorang. Selanjutnya mereka sama-sama menggandeng satu sama lain untuk masuk kedalam.

"Pagi pak Harto yang ganteng," sapa Ijal dengan nada menggoda. Tak lupa mengedipkan matanya sebelah.

"Pagi juga Nak Ijal," sapa balik pak Harto. Bukan sesuatu yang jarang didapatkan bagi pak Harto. Diapun sudah menghafal nama-nama anak Arbani.

"Pagi pak," sahut anak Arbani bersamaan.

"Lo pada kelamaan. Cih," cibir Ijal mengejek.

Anak Arbani melirik satu sama lain. Lalu dengan kompak mengatakan, "Lo kecepetan bego!"

Ijal tidak terima. Ia lalu pergi dengan membuang muka. Tak lupa kakinya ia hentak-hentakkan. Layaknya seorang anak kecil yang tidak dituruti kemauannya.

"Ngambek tuh. Jijik gue," pekik Nail.

"Sama. Ijal kenapa gitu ya, kasian gue liat nya," sambung Reja.

"Hidupnya terlalu suram dan gelap," ucap Alan.

"Tambahin pelangi biar warna-warni," celetuk Athala.

"Pinter banget sih bos." Bagas menatap Athala dengan kekehan kecil. "Rekening gue masih sama kok," lanjutnya.

"Bagasat," tekan Athala pada Bagas.

"Bagasat apa?" tanya Bagas polos.

"Bagas bangsat," jawab Athala dengan entengnya. Kemudian laki-laki itu melanjutkan langkahnya.

"BOS KOK NAMA GUE DI KASIH GITU!" pekik Bagas yang masih ditempatnya.

"Jalan lo. Gak malu diliatin banyak orang?" ujar Nail lalu menggandeng Bagas. "Ayo babi gue yang comel."

Dengan spontan Bagas mencekik leher Nail menggunakan kedua tangannya. "Mati lo di tangan gue!"

"Gue pusing liat tingkah laku lo semua," terang Alan.

"Jangan diliatin makanya," jawab Reja kemudian mengikuti Athala.

"Emang gue apaan gak mau diliatin!" ketus Bagas saat mendengar nya.

ATHALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang