MAAF KALAU PART INI KURANG NGE-FEEL KE KALIAN YAA
Tapi semoga sukaaa!
Jangan lupa share juga ke temen-temen kalian okay?
Happy reading
Rivano menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Istrinya yang terus saja mondar-mandir dihadapannya. Keadaan kediaman Rivano hening tak ada yang bersuara. Bibi Yuni berusaha untuk ikut menenangkan Bunda, namun nihil. Wanita dengan rambut sepunggung itu sama sekali tidak meladeni ucapan Rivano, maupun Bibi Yuni.
"Sayang, kamu tidak capek bolak-balik gitu?" tegur Rivano. Nafasnya seakan kelelahan, padahal ia hanya duduk santai diatas kursi.
Bunda melototkan matanya menatap Rivano. "Kamu nyuruh aku diem? Coba ngomong sekali lagi!" ucap Bunda, nadanya bergetar membalas Suaminya.
"Gimana aku bisa tenang kalau anak aku belum dateng? Athala dimana?"
"Anak kita udah besar. Pasti bisalah, jaga diri," balas Rivano.
Bibi Yuni mendekati Bunda. Ia lalu mengusap punggu Wanita itu dengan telapak tangannya. "Iya Bu, saya yakin Athala akan baik-baik saja."
"Saya gak tau Bi, perasaan saya gak enak. Rasanya saya pengen liat Athala," balas Bunda.
Bunda menoleh kebelakang melihat Rivano yang tengah mencicipi makanan buatan Bibi Yuni. Bunda menghampiri Rivano dan memukul pelan punggung Suaminya. "Kamu ya! Makan aja terus, coba telfon temennya Athala!" bentak Bunda membuat Rivano menelan salivanya.
"I-iya sayang."
Rivano kemudian menyelesaikan acara makannya. Bila tidak, mungkin ia tidak akan selamat dari hukuman Istrinya sendiri. Jika dilihat-lihat, Bunda memiliki wajah yang kalem, tetapi sifat aslinya ia tunjukkan kepada orang terdekatnya saja.
"Cepet dong, lelet banget sih," gerutu Bunda.
"Sabar sayang, sabar." Rivano mengusap dadanya. Dalam urusan rumah tangga, dirinya harus mengalah terlebih dahulu.
Pria dengan satu anak itu mengambil handphone nya lalu menekan salah satu kontak. Berencana menelfon Reja untuk mengetahui keadaan anaknya itu.
"Halo nak Reja?" ujar Rivano saat panggilan terhubung.
"Sekate-kate manggil gue nak, emang lo siapa?" tanya balik seseorang dari sana.
"Ini saya, Pak Rivano."
Setelah Rivano mengatakan itu, suara lawan telfonnya langsung terdiam. Tiba-tiba seperti orang yang dilenyapkan.
"Halo?"
"HALO OM? EH PAK! M-maaf Pak, saya gak tau kalau ini Bapak."
Rivano terkekeh kecil mendengarnya. "Iya tidak apa-apa. Saya mau nanya,"
"Nanya apa Pak?"
"Athala masih bersama kamu?"
"Loh Athala belum nyampe?"
"Belum. Emang kamu tidak sama dia?" tanya Rivano balik.
"Enggak Pak. Kita semua udah berpisah sama Athala waktu pulang Panti Jompo."
Bunda mendekati Rivano, ia berusaha untuk mencapai handphone itu untuk ikut mendengarkan nya. "Apa yang dia bilang?" tanya Bunda menunggu jawaban.
Rivano menggeleng membuat Bunda menurunkan bahunya dan menghela nafas berat. "Ya sudah. Saya tutup telfonnya ya," ujar Rivano.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Novela Juvenil[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...