Happy reading
Saat ini di SMA GARUDA BANGSA telah dilakukan upacara. Murid-murid pun telah memenuhi barisan yang telah disediakan. Athala yang baru saja sampai langsung menghampiri temannya. Laki-laki itu mempunyai badan yang tinggi dan besar, maka dari itu, ia memilih berdiri di barisan yang paling belakang agar teman-temannya yang lain dapat melihat upacara dengan jelas.
Sedangkan Thalia, gadis itu sedang mengatur barisan-barisan paling depan. Karena Shaka telah mengikuti olimpiade sains, sekarang hanya tinggal Thalia yang mengatur ini semua. Ia juga telah diberikan kepercayaan dari guru-guru SMA GARUDA BANGSA, dan tentunya dengan Pak Rivano sendiri yang menugaskan Thalia.
"Nak Thalia, tolong kamu atur juga barisan yang paling belakang. Apalagi yang kelas IPS 3, barisannya sudah seperti ular tangga. Biar saya yang atur barisan depan," ucap Pak Dahlan kepada Thalia seraya menunjuk ke arah barisan kelas Athala.
Thalia hanya dapat mengangguk-angguk mengiyakannya. "Baik Pak," jawab Thalia lalu menuju barisan tersebut.
Ijal yang melihat Thalia berjalan semakin mendekat lantas tersenyum senang. "Ngapain nih Bu Thalia dateng kesini? Kangen bos gue ya? Noh, di paling belakang," ujarnya.
"Enggak Jal. Gue disuruh Pak Dahlan buat atur barisan lo. Tuh liat, katanya udah kayak ular tangga."
"Masa sih?" tanya Ijal tidak percaya. Kemudian laki-laki itu menoleh ke belakang. "Lah, iya juga!"
"Woi, perbaikin barisan lo pada!" Ijal berseru.
Tetapi, mungkin karena lapangan yang cukup ribut, banyak dari mereka yang belum mematuhi perkataan Ijal. Namun dari jarak yang kurang lebih dua meter, Athala dapat mendengarnya.
"LURUSIN BARISAN LO!" titah Athala. Suaranya cukup membuat para siswa-siswi lain menatapnya. "Apa liat-liat? Mau bikin cewek gue marah?"
"Siap laksanakan!"
"IH ATHALA, KOK JADI GARANG GITU YA?"
"Yang udah pacaran mah beda. Ceweknya selalu nomor satu."
"Ngebela Thalia terus!"
"SANTAI SAYANG, SANTAI..."
"Sayang-sayang, emang Athala sayang lo balik?" tanya Ijal saat mendengar suara dari salah satu gadis dari kelasnya.
Rasanya seperti Thalia ingin menghilang saja. Jika Athala yang sudah berbicara, pasti kejadian ini bisa heboh lagi. Hanya perkara menyuruhnya untuk meluruskan barisan, nantinya malah nama Thalia yang akan muncul di mading sekolah SMA GARUDA BANGSA, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dengan terpaksa, Thalia memutuskan untuk menghampiri Athala yang berada di belakang Reja. "Atha ih! Kamu jangan teriak gitu, nanti aku dimarahin Pak Dahlan."
Alis Athala mengerut. "Kenapa dimarahin? Akunya yang teriak kok."
Thalia mengusap keringatnya yang bercucuran akibat matahari pagi yang sangat terik. "Ya emang kamu yang teriak, tapi inikan tanggung jawab aku. Aku disuruhnya cuman rapiin, tapi kamu malah teriak."
Mendengar tuturan Thalia membuat Athala mendekatkan dirinya. Athala lalu memegang kedua pundak Thalia dengan sangat hati-hati. "Nanti kalau dimarahin Pak Dahlan, sebut aja nama aku tiga kali," ucap Athala.
"Buat apa?" tanya Thalia.
"Biar nanti aku dateng buat nyelamatin kamu."
"Emang kamu Spiderman?"
Athala mengangguk. "Bisa, khusus untuk kamu. Pacar aku."
Lagi-lagi Thalia merasa sesak akibat perkataan Athala. Laki-laki itu sangat jago dalam hal yang seperti ini. Bahkan Thalia sempat bingung, Athala baru saja melakukan pacaran hanya dengannya. Tetapi laki-laki itu sangat kelihatan lebih ahli daripada Thalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...