Happy reading
Athala menjalankan motornya menelusuri indahnya kota malam Jakarta. Di belakangnya ada Thalia yang sedang memeluknya dari belakang. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada punggung kekar milik Athala. Athala pun tidak keberatan sama sekali, justru laki-laki itu malah senang karena bisa membuat Thalia tetap nyaman dalam kondisi seperti ini.
Lampu jalanan menerangi setiap pembelokan yang telah dilalui oleh Athala. Meskipun Athala sudah mengendarai motor cukup jauh, ia masih tidak memiliki tujuan untuk disinggahi. Namun itu tidak menjadi masalah bagi keduanya.
"KAMU MAU SINGGAH DI MANA?" tanya Athala cukup keras.
"DI MANA AJA AKU SUKA!" balas Thalia tidak kalah keras. Di balik helm, keduanya tersenyum. Senyum yang sangat tulus dan tak ada kebohongan bahwa mereka tidak bahagia.
Ini kali pertama bagi Thalia melakukan night ride, hanya saat bersama Athala. Jika Athala? Laki-laki itu mungkin hampir setiap hari melakukan hal-hal yang seperti ini.
Membantu kejar buronan polisi, menangkap pencuri, dan berjalan-jalan bersama anak Arbani. Itu semua kejadian yang tidak gampang hilang dari ingatan Athala. Seakan laki-laki itu mengunci memori-memori tersebut.
Sampai saatnya Athala merasakan keram ditangannya, laki-laki itu berhenti di pinggiran jalan. "Kita berhenti dulu gak papa?"
"Iya Atha," sahut Thalia.
Athala melepas helm nya, lalu menyugarkan rambutnya ke belakang. "Athala!" pekik Thalia kala melihatnya. Mata gadis itu sontak melotot dalam sekejap.
Tetapi, Athala yang masih tidak mengerti hanya tersenyum seperti tidak ada beban. "Kesana yuk," ajak Athala seraya menunjuk pedagang kaki lima.
Thalia menghela nafas berat saat menatap sekumpulan cewek-cewek yang mengenakan baju diatas paha. "Malam-malam gini kenapa pada pakai baju kurang bahan coba," gerutu gadis itu dengan mulutnya yang ikut monyong.
Thalia mendekat ke arah Athala, kemudian ia mengambil lengan Athala dan sesegera mungkin menggandengnya. Awalnya Athala sedikit kaget dengan tindakan Thalia yang tiba-tiba, namun ia ikut melihat arah pandang Thalia.
Beberapa selang detik, laki-laki itu tersenyum geli. Athala menarik Thalia agar lebih dekat kepadanya. Lalu tanpa menunggu lagi, Athala merangkul Thalia dari belakang, memeluk pinggang gadis itu dengan erat. Cukup membuat jantung Thalia berdegup tidak karuan karena tidak menyangka bahwa Athala akan berbuat seperti sekarang ini. "Gini lebih anak kan?" bisik Athala tepat di samping telinga Thalia.
"Nah pergi," ucapnya dengan melirik sekumpulan cewek-cewek yang sudah ingin pergi dari tempatnya. Raut mereka semua sama. Terpandang kekecewaan.
Thalia memberikan satu jempol kepada Athala. "Pinter!" celetuk Thalia seraya tersenyum manis.
Athala mengusap pucuk rambut gadis itu karena menurutnya Thalia terlalu menggemaskan malam ini. Di bawah lampu kelap-kelip, Athala membisikkan sesuatu yang membuat sekujur tubuh Thalia meremang.
"Muka kamu jangan gemesin gini. Ntar kita pindah tempat," ucapnya dengan sangat pelan.
"G-gimana..."
"Hm?"
"K-kita kesana aja... Mereka udah pergi kan?" ujar Thalia gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Jugendliteratur[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...