Happy reading
Thalia menelusuri koridor rumah sakit yang lumayan sepi. Karena Sekarang adalah waktunya untuk makan siang, banyak pengurus rumah sakit yang sedang makan di kantin tersebut. Gadis itu memakai dress berwarna pink, ia melebarkan senyumannya dengan diselingi hirupan bunga mawar yang tadi ia beli di seberang jalan sebelum menuju kesini.
Entah apa yang membuat Thalia ingin membeli bunga mawar. Yang pastinya, gadis itu tahu betul bahwa Athala akan bangun hari ini. Thalia memiliki sifat yang tidak gampang mulai goyah. Jika gadis itu ingin memiliki sesuatu, ia akan berusaha sampai didapatkannya. Tidak jauh beda dengan Athala.
"Pasti kamu suka," ucap Thalia.
Ia sedikit lagi sampai pada kamar Athala. Tempat kamar VIP itu bisa terbilang cukup jauh dari gerbang rumah sakit. Lebih tepatnya, kamar Athala dekat dengan taman yang cukup luas dan sejuk. Banyak pohon-pohon rindang, dan tempat duduk panjang yang berwarna putih bersih.
Tidak lama, akhrinya Thalia sampai tepat di depan pintu kamar Athala. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Assalamualaikum-"
"SELAMAT DATANG BU BOS!"
Thalia mematung saat melihat anak Arbani berbaris tepat di belakang pintu. Senyum mereka semua membuat Thalia kikuk di tempat. "Kenapa nih?" tanya Thalia. Ia berusaha agar terlihat tidak gugup.
"Cieee, bawa bunga, buat ayang bep ya?" goda Bagas.
Gadis itu menghela nafas, tidak lama Thalia mengangguk. "Iya, boleh lewat?"
"Oh, tentu gak boleh!" Ijal merentangkan tangannya, membuat Thalia seperti terperangkap.
"Kenapa?" Dahi Thalia mengerut.
Alan mengeluarkan secarik kertas dari dalam sakunya. Ia lalu memberikannya pada Reja untuk dibacakan. "Nih."
Reja menerimanya dengan senang hati. "Oke sip!"
"Kenapa sih?" tanya Thalia sekali lagi.
"Kita-kita mau kasih pertanyaan," ucap Nail.
"Pertanyaan? Buat apa? Kita kan lagi gak ulangan." Thalia seakan keberatan.
"Iyakan? Kenapa kalian-"
"Nomor satu!"
"Hah?!"
Senyum yang daritadi mereka berikan kepada Thalia, kini semuanya berubah menjadi senyum licik. Ijal bergedik geli menatap Thalia yang masih kebingungan. Mereka tidak akan membiarkan gadis itu mengintip untuk melihat Athala sedikit pun.
"Sesayang apa lo sama bos kita?" tanya Reja memasang wajah serius.
"Kalau gue gak sayang, gue mendingan pergi sekolah hari ini." Thalia menjawab.
Semuanya mengangguk-angguk. "Keren!" timpal Ijal.
"Nomor dua,"
Thalia menatap Ijal, lalu ia mengalihkan pandangannya kepada Reja. "Lagi?" Reja mengangguk mengiyakan.
"Apa yang ngebuat lo tetap sama Athala sampai saat ini?"
"Ini gue lagi latihan ospek?"
"Nggak!" tegur Bagas.
"Alasan gue? Gue suka dia tanpa alasan."
"GOOD GIRL!" Athala bersorak kala mendengar Thalia mengatakan kalimat yang ia tunggu-tunggu.
"Athala?!" seru Thalia. Anak Arbani yang telah merencanakan hal ini untuk menguji Thalia hanya dapat menghela nafas. Mereka semua disuruh oleh Athala, namun laki-laki itu yang terlebih dahulu berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...