Happy reading
Hari pertama Thalia pergi ke Bogor. Gadis itu telah berpamitan dengan Tasya. Dan sekarang, ia dengan Shaka sudah berada di dalam mobil Rivano. Rivano yang akan menemani kedua remaja osis kebanggaan nya itu selama tiga hari ini.
"Kalian akan nginap di hotel terlebih dahulu untuk istirahat. Ingat, jika melakukan olimpiade jangan terburu-buru. Kerjakan dengan tepat dan benar," ujar Rivano seraya menyetir mobil.
Thalia dan Shaka berada di jok belakang. Keduanya mengangguk mengerti.
"Iya pak. Saya dan Thalia akan melakukan yang terbaik untuk sekolah kita," jawab Shaka sambil tersenyum.
Thalia membuka kaca untuk merasakan udara di pagi hari. Cuaca hari ini sangat sejuk. Ditambah angin yang menerpa rambut panjang gadis itu. Menambah kecantikan Thalia.
Rivano melihat Thalia dari pantulan kaca mobil. Anak nya memang tidak salah menaruh hati. Thalia cantik, pintar, dan rajin. Itulah tipe ideal seorang Athala.
Melewati gedung-gedung tinggi, ramainya kendaraan dan suara klakson yang berbunyi. Thalia tersenyum melihat ini semua. Ia duduk dengan tangan yang terus stand by memegang handphone nya.
Shaka menoleh kesamping. "Kalau lo ngantuk tidur aja," ujarnya.
"Enggak kok. Sayang banget pemandangan gini kalau dilewatin."
"Suka?" tanya Shaka.
Thalia mengangguk. "Suka, sejuk gitu."
Disaat tangan Shaka ingin terangkat mengusap rambut yang menghalangi mata Thalia, handphone gadis itu berbunyi. Membuat Shaka menurunkan tangannya dengan tatapan sedikit kecewa.
"Halo?"
"Iya?"
"Lo udah dimana?" tanya seseorang dari seberang sana.
"Udah mau masuk tol nih, kenapa nelfon?"
"Gak papa."
"Kalau gak papa, gak mungkin nelfon Atha," jawab Thalia mencibir.
Rivano terkekeh mendengarnya. Athala bukan lagi anak kecil. Dia sudah besar. Sedangkan di sisi lain, ada Shaka yang terlihat tidak nyaman.
"Gue kangen."
"Hah? Lo bilang apa? Gak kedengaran," ujar Thalia. Angin sangat kencang, ia tidak dapat mendengar dengan jelas suara laki-laki itu.
"Gak ada."
"Ih gue beneran, anginnya kencang."
"Gak papa. Gue tutup."
"Yah Atha-"
Tuttt
"Nyebelin banget sih," gerutu Thalia saat telfon dimatikan. Sedetik kemudian gadis itu baru tersadar kembali ia sedang bersama siapa.
"Eh pak! Aku gak bermaksud gitu kok. Athala anaknya baik, cuma mulut aku aja suka keceplosan," ucap Thalia menggebu-gebu.
Rivano tertawa renyah mendengarnya. "Tidak apa-apa. Athala memang suka nyebelin."
"Hehe..." Thalia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Selanjutnya ia mengambil chikki-chikki dari dalam tas ransel yang telah disiapkan.
"Nih gue bagiin. Enak banget tau!" seru Thalia pada Shaka.
Shaka menoleh dan mengambil chikki itu. "Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] "Jadi pacar gue mau?" tanya Athala. "Gak!" ucap gadis itu. "Yakin?" balas Athala. "IYA GUE YAKIN. GUE GAK AKAN SUKA SAMA LO!" putus gadis itu lalu melanjutkan jalan nya pergi. Meninggal kan cowok yang baru saja menembak nya...