Chapter 9

4 0 0
                                    

Malam pun tiba, mereka tiba di kawasan pusat wilayah Shinjuku.

Yuki melihat sekitarannya, merasa jika situasi di Shinjuku juga persis dengan apa yang ia lihat di Shibuya. Sepertinya benar, jika saat ini Tokyo sedang berada dalam situasi tak jelas. Begitulah yang dipikirannya Yuki.

Mereka pun akhirnya berhenti di dekat sebuah kantor polisi.

"Hiiro, sebaiknya kau didalam mobil."

"Apa yang mau kau lakukan, Yuki-san?"

"Entahlah..." Yuki pun seketika keluar dari dalam mobil.

Hiiro jelas tak mengerti dengan sikapnya Yuki, yang tiba – tiba pergi dari mobil tanpa tahu harus kemana.

Lalu, Yuki dengan bingungnya masuk tiba – tiba kedalam kantor polisi itu.

"Sial, apa yang aku lakukan disini."

"Jelas, jika tidak ada siapapun disini."

Yuki yang melihat sebuah telepon disitu, berpikir untuk mencoba sekali lagi mencari bantuan.

Ia pun memegang telepon itu. Namun, ia tidak tahu harus melakukan panggilan ke siapa.

"Sebaiknya, aku mencoba lagi untuk menghubungi kepolisian di Chiyoda."

"Aku penasaran kenapa panggilan disana bisa tiba – tiba terputus."

Disaat Yuki mulai mencoba melakukan panggilan, tiba – tiba telepon yang hendak ia gunakan berdering seketika.

"Kenapa tiba – tiba teleponnya berdering?" Yuki pun dengan gugup mencoba untuk mengangkatnya.

"Halo, Halo, dengan siapa sekarang aku berbicara?"

Terdengar suara perempuan dari panggilan telepon itu.

"Siapa ini?" Tanya Yuki.

"Aku tidak bisa memberitahu."

"Apa maksudnya?" Yuki jelas kesal karena orang didalam panggilan telepon itu tidak mau memberitahu siapa dia.

"Oi, tunggu, sebelum aku memberitahu siapa aku, aku ingin memastikan dengan siapa sekarang aku bicara?"

Yuki pun merasa jika perempuan yang ada di panggilan telepon itu sedang mencoba untuk mempermainkannya.

"Begini saja, jika kau tidak mau memberitahu, aku hanya mau memastikan. apakah saat ini aku sedang berbicara dengan seorang gadis berambut putih kristal?"

"Darimana kau tahu?" Yuki heran karena orang di dalam panggilan telepon itu mengetahui warna rambut dari Yuki.

"Mohon maaf, aku tahu jika kau sebelumnya berada di Shibuya, dan saat ini bersama dengan seorang anak gadis kecil."

"Oi, apa jangan – jangan, kau mengikutiku selama disana?" Tanya Yuki dengan nada kesal.

"Tenanglah, kau tak perlu terdengar kesal seperti itu."

"Yang jelas, saat ini aku hanya mau memberitahumu satu hal, jika saat ini kau---"

"............"

"Oi, apa yang kau maksud!!!"

Seketika panggilan telepon itu terputus tiba – tiba.

Yuki dengan raut wajah kesal meletakkan kembali telepon itu.

Seketika ia berpikir jika mungkin saja perempuan yang ada didalam telepon itu memang telah mengikutinya selama ini.

Yuki yang merasa jika mungkin saja ada yang mencoba mengikutinya, pun sadar jika ia meninggalkan Hiiro sendirian didalam mobil.

Ia pun seketika pergi dari kantor polisi itu, tanpa seketika ia melihat ada tiga orang berseragam militer lengkap mencoba masuk kedalam kantor polisi itu.

Yuki pun tanpa pikir panjang langsung mencari tempat bersembunyi.

Seragam militer itu terlihat sangat berbeda dengan yang ia lihat sewaktu di Shibuya. Yuki pun sempat berpikir untuk menampakkan dirinya, karena berpikir jika mereka itu dapat membantunya.

Namun, Yuki sadar jika situasi sekarang menuntutnya untuk waspada, karena ia tak mau kejadian di kuil sebelumnya terulang lagi.

Yuki pun mencoba melihat dengan saksama gerak – gerik dari ketiga orang militer itu.

"Sepertinya, tidak ada tanda – tanda jika gadis itu ada disini."

"Apa sebaiknya kita memberitahukannya kepada Kapten Minamoto?"

Mereka pun seketika menyebut nama Minamoto dan juga mencari seorang gadis yang kemungkinan itu adalah Yuki.

"Tidak, kita harus mencarinya lagi disekitar sini."

"Bagaimana pun, Kapten memerintahkan kita untuk menangkapnya."

Yuki yang sadar jika saat ini sedang dicari oleh ketiga orang itu pun memutuskan untuk segera melarikan diri dari kantor polisi itu.

Pembicaraan ketiganya seakan memberikan sebuah gambaran jika ia saat ini dicari bukan untuk diselamatkan, melainkan untuk ditangkap.

Yuki pun mengeluarkan pistolnya, untuk berjaga jika seandainya ada dari mereka berhasil menemukannya.

Namun Yuki membuat sebuah kesalahan tak disengaja dengan menjatuhkan sebuah hiasan keramik yang berakhir membuat salah satu dari mereka sadar dengan keberadaannya.

Salah satu dari mereka yang sadar itu pun, kemudian perlahan mendatangi tempat suara itu berasal.

Yuki yang berada disituasi terpojok, akhirnya melepaskan sebuah tembakan asal.

Suara tembakan itu membuat yang lainnya terkejut, dan kemudian memberikan Yuki kesempatan untuk segera lari.

Disaat ia sedang berlari, terlihat jika salah satu dari mereka melepaskan tembakan kearah Yuki secara tak langsung.

Yuki pun akhirnya bersembunyi disebuah toilet dikantor polisi itu.

"Mereka bukan hanya ia menangkap, tapi juga ingin membunuhku."

Yuki tak menyangka jika saat ini ia benar – benar menjadi incaran ketiga orang militer itu.

Ia pun bingung mengapa ada seorang Kapten di kemiliteran memerintahkan prajuitnya untuk menangkap dirinya.

Padahal jelas jika ia saat ini hanyalah seorang korban dari situasi aneh di kota Tokyo.

Salah satu dari mereka akhirnya masuk ke toilet tempat Yuki berada.

Terdengar suara langkah kaki mengarah ketempat persembunyiannya Yuki.

"Apakah aku harus menembaknya?" Yuki pun berpikir untuk menembak salah satu dari mereka. Namun, ia sendiri tak ingin jika tembakannya nanti malah membunuhnya.

Karena ia tak mau, jika harus terlibat masalah lebih rumit lagi dengan menembak seorang prajuit militer.

Tiba – tiba, orang itu berhenti tepat didepan sebuah pintu tempat persembunyiannya Yuki.

Yuki yang tepat berada dibalik pintu itu, tahu apa yang harus ia lakukan.

Seketika, Yuki pun mendorong pintu itu, sampai membuat prajurit militer itu jatuh tersungkur.

Yuki pun langsung segera pergi dari toilet itu.

Dua orang yang sadar jika Yuki berada tepat dibelakang mereka, kemudian seketika mengejarnya.

Yuki pun melepaskan sebuah tembakan kearah lantai untuk membuat keduanya terhenti.

Akhirnya, Yuki berhasil kabur dari tempat itu, dan kemudian masuk kedalam mobil.

"Yuki-san?" Hiiro yang terlihat setengah tidur, terkejut seketika melihat Yuki masuk kedalam mobil dalam keadaan tergesa – gesa.

"Kita harus meninggalkan tempat ini segera."

Yuki pun seketika tancap gas dan mereka akhirnya meninggalkan kawasan itu.

Tokyo NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang