Chapter 39

1 0 0
                                    

Kematian Itsuki menandakan selesainya pertarungan itu.

Arumi pun memastikan kematiannya, dengan memeriksa kembali jasadnya.

Yuki sendiri tidak menyangka bahwa ada Risa yang mengawasi mereka selama ini dari kejauhan.

"Kali ini kau berutang nyawa kepadaku, Arumi."

Risa yang berada jauh dari mereka pun, seketika meninggalkan tempatnya dan pergi menjauhi kawasan lokasi.

"Arumi, apakah kau sudah menduga ini semua?"

"Ya, begitulah."

Seketika muncul gerombongan pasukan militer lainnya mendatangi tempat kejadian.

Terlihat seorang pria turun dari kendaraan.

"Kerja bagus, Arumi."

Yuki seketika mengarah senjatanya kearah pria yang muncul tiba - tiba itu.

Pria seketika mengangkat tangannya, tanda jika ia bukanlah musuh mereka.

"Aku tak menyangka kau bisa mengalahkan Itsuki."

"Tapi, aku lebih tak menyangka jika kau mengalahkan tidak seorang diri."

Arumi seketika melirik kearah pria itu.

"Takehiro, aku sudah menduga jika kau yang selama ini telah mengawasiku."

"Pasti kau orang yang membuat bungkam Shirogane Keiro tentang siapa jati dirinya."

"Kau benar sekali."

Pria itu tidak mengelak, namun ia mengatakan jika pun diperintahkan untuk melakukan itu.

Dan ia mengatakan jika seorang bernama Hideoki Kiyotake telah memberinya perintah untuk melakukan itu.

"Hideoki Kiyotake?"

"Maksudmu, yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri itu."

Arumi heran kenapa bisa - bisanya orang itu ikut terlibat dalam masalah ini.

Takehiro dengan tertawa menganggapi pemikirannya Arumi itu.

"Kau pikir dia akan diam saja melihat kekacauan yang terjadi sekarang di Tokyo."

"Baginya, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menglengserkan Tokugawa dari posisinya."

Mendengar hal itu, Arumi terlihat kesal karena harus terlibat secara tak langsung dengan orang yang bernama Hideoki Kiyotake itu.

Yuki yang melihat percakapan mereka berdua terlihat bingung dan kemudian bertanya apakah Arumi mengenalinya.

Takehiro yang mendengar, akhirnya memperkenalkan dirinya sendiri.

"Namaku Edogawa Takehiro."

"Aku adalah atasannya Arumi di kemiliteran."

Dan, Arumi mengiyakan perkataan itu.

"Tapi hanya sampai saat ini saja."

"Apa maksudmu?" Yuki heran.

Takehiro kemudian meminta Arumi untuk menjawabnya.

Arumi kemudian menjawab bahwa setelah kekacauan ini selesai, kedepannya ia sudah tidak dianggap lagi sebagai anggota militer.

Karena dirinya sudah dikeluarkan secara tak langsung dari kemiliteran karena ulahnya sendiri.

Yuki heran mengapa bisa - bisanya Arumi mendapatkan perlakuan seperti itu, padahal ia sudah bertindak layaknya seorang pahlawan dalam menyelesaikan masalah sekarang.

Dengan santai, Takehiro menjawabnya.

"Itu karena dia terlalu terobsesi dengan dirinya sendiri."

Takehiro seketika mengatakan ini ke Arumi.

"Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, Arumi."

"Bahwa akan ada waktunya kau harus menyelesaikan apapun bersama orang lain."

"Karena sebagai manusia, kita tidak dapat bertindak sendirian."

Arumi cuma terdiam mendengarkan perkataan itu.

Disatu sisi, terlihat Keiro yang berjalan keluar dari rumahnya bersama dengan Hiiro.

Ia pun akhirnya berhasil membuat satu obat untuk menghentikan kerja serum Synthesis C-02.

"Ayashima Yuki."

"Sebaiknya kau tetap disini, karena kau dibutuhkan untuk menjadi saksi mata dalam kekacauan ini."

"Dan untuk itu."

Takehiro mengambil obat yang berupa suntikan itu dan kemudian menyuntikkannya kebagian lehernya Yuki.

Seketika Yuki pun pingsan menerima suntikan itu.

"Oi, Takehiro."

"Apa - apaan kau ini."

Arumi menganggap tindakannya Takehiro itu kelewatan.

Tapi dengan dalih, Takehiro menganggapnya sebagai sebuah tindakan yang harus dilakukan.

Karena mereka semua disana butuh uji coba untuk membuktikan apakah obat itu dapat bekerja dengan baik.

"Baiklah, bawa segera gadis ini."

Keiro dan Hiiro pun diminta untuk segera bergegas dan ikut bersamanya.

Nantinya ditempat yang lebih aman, Keiro akan diminta membuat lebih banyak obat untuk serum itu.

"Arumi, sebaiknya kau pergi dari sini."

"Karena aku tidak menjamin baik - baik saja selama masih ada disini."

"Baiklah."

Mengikuti perkataannya Takehiro.

Akhirnya, Arumi pun pergi dari tempat itu dan meninggalkan semuanya yang ada disana. 

Tokyo NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang