Chapter 21

2 0 0
                                    

Didalam perjalanan, Yuki terlihat seperti memikirkan sesuatu. Dan sesekali ia melirik kearah Arumi seakan ingin menanyakan sesuatu.

Hal itu membuat Arumi risih, dan memintanya untuk segera berbicara.

"Aku penasaran, apa yang sebenarnya membuatmu tidak tertarik bekerja sama dengan orang lain, dan lebih memilih melakukan semuanya sendirian?"

Seketika Arumi memperlihatkan raut wajah seakan tidak tertarik menjelaskan itu.

"Kenapa kau ingin tahu, aku malas membicarakannya."

"Ya maaf, soalnya aku penasaran saja. Apakah di militer kau benar – benar tidak pernah berteman dengan siapapun?"

Yuki sadar jika rasa penasarannya ini agak sedikit mencampuri urusan pribadi kehidupannya Arumi.

"Ya, tidak pernah. Mereka semua merepotkan." Seketika Arumi menjawab dengan spontan.

Yuki pun tak mengira akan mendapatkan jawaban sesedarhana itu.

Akhirnya, Yuki pun memilih untuk tidak kembali bertanya mengenai kehidupan pribadinya Arumi.

Yuki pun menduga jika masa lalunya Arumi sangatlah berat sampai – sampai membuatnya tidak tertarik bekerja sama dengan orang lain.

Seketika mereka pun sampai di distrik Toshimo. Disana terlihat hanya ada beberapa personel militer yang berpatroli.

"Kenapa personel militer yang ada disini terlihat sedikit, bukannya situasinya saat ini sedang perang?" Tanya Yuki karena merasa heran melihat suasana Toshimo yang terlihat biasa saja dimatanya, walau pun juga terlihat sama sepinya dengan distrik lain.

Namun seketika Yuki dikejutkan dengan adanya lampu – lampu yang menyala disetiap rumah, seakan - akan masih ada orang – orang yang menetapinya.

Arumi pun memberitahu jika pada dasarnya setiap masyarakat di Tokyo itu masih tinggal dirumahnya masing – masing, hanya saja mereka diisolasi ditempat tinggal mereka.

Cuma wilayah zona merah yang menjadi tempat evakuasi pada saat itu.

Yuki jelas bingung dan tidak paham dengan maksud perkataannya Arumi.

Arumi pun menjelaskan jika saat ini Tokyo terbagi oleh tiga zona.

Zona merah adalah zona dimana lokasi medan perang terjadi. Wilayahnya terbagi dari Shinjuku, Shibuya, dan Minato. Mereka yang berada di wilayah itu akan dievakuasi ke zona hijau yang berada di Izu, dan juga sebagian dari mereka juga ada yang dibawa ke zona kuning.

Selain itu, semua wilayah lainnya yang berada di Tokyo menjadi zona kuning, zona itu diawasi secara ketat oleh pihak militer pemerintah agar tetap kondusif. Dan juga mencegah terjadinya perluasan lokasi medan perang.

Hanya ada satu wilayah di Tokyo yang terbilang sangat aman dan masuk dalam zona hijau yaitu di Chiyoda. Saat ini, wilayah itu menjadi tempat teraman karena keluarga kekaisaran, petinggi militer, petinggi pemerintah, dan juga perdana menteri sendiri berada disana.

Secara tak langsung, Chiyoda menjadi pusat yang sangat dijaga ketat oleh pihak militer pemerintah saat ini.

"Pantas saja, jika saat itu panggilan yang terhubung dari Chiyoda itu seperti sengaja diputus." Yuki pun seketika mengingat kejadian yang terjadi saat ia di kantor polisi Shibuya waktu itu.

Seketika Arumi pun sadar apa yang akhirnya membuat Yuki bisa terlacak identitasnya dan juga sekaligus membuatnya terjebak dalam situasi yang akhirnya membuat panggilan teleponnya sewaktu itu harus terhenti.

"Oh ya Arumi, apa tidak masalah jika para personel militer ini melihatku, apakah mereka tidak akan merasa aneh melihatnya?" Yuki sadar jika saat ini ia terlihat mencurigakan, ia cemas jika tiba – tiba mereka harus mendapat masalah lagi.

"Tenang saja, kebanyakan dari mereka hanyalah boneka pemerintah."

"Mereka tidak akan terlalu peduli melihatmu."

"Ditambah lagi mereka melihat seragam militerku, membuat mereka mengira jika kau ini hanyalah seorang warga sipil biasa yang terlambat dievakuasi."

Perkataan Arumi barusan membuat Yuki tenang, karena mereka akhirnya tidak perlu repot – repot harus menghadapi masalah yang tidak diperlukan.

"Terlihat aneh ya, melihat banyak dari masyarakat kota ini sangat menuruti apa yang dikatakan pemerintah dan akhirnya hanya diam dirumah tanpa penasaran apa yang terjadi."

"Jika seandainya itu aku, mungkin aku akan memaksa untuk mencari tahu."

"Ya, seperti itulah dirimu." Seketika Arumi pun sadar dengan apa yang di lontarkan Yuki barusan.

Arumi merasakan hal yang sama, jika seandainya ia merupakan warga sipil biasa. Pastinya ia tidak akan betah dengan situasi ini, dan diam – diam mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi yang terlihat sekarang adalah, semua masyarakat yang ada saat ini terlihat sangat menuruti perkataan pemerintah tanpa adanya bantahan ataupun rasa curiga sama sekali.

Arumi sadar jika masyarakat kota ini sangat taat dengan peraturan. Namun menurutnya ini terlalu tidak biasa, sampai – sampai situasinya bisa menjadi seperti sekarang.

Diperjalanan, seketika Yuki melihat ada orang yang berjalan sendirian menelusuri trotoar jalanan.

Yuki yang penasaran dengan orang itu, kemudian turun dari mobil dan kemudian mengajak bicara dengannya.

"Permisi Nona, apakah saya boleh tahu saat ini anda mau pergi kemana?"

"Saya mau pergi kemana....." Seketika orang itu bingung.

"Maaf, sepertinya aku harus kembali pulang.

Orang itu pun kemudian seketika kembali arah dan kemudian berjalan pulang kearah rumahnya yang tak jauh dari situ.

Yuki pun seketika terkejut dengan reaksi orang itu yang tiba – tiba memutar balik dan kemudian pulang begitu saja.

"Aneh sekali, ia seperti tidak tahu mau kemana, dan kemudian seketika pulang."

"Seperti tidak ada tujuannya."

Arumi yang melihat itu pun seakan merasakan ada yang aneh dengan masyarakat saat ini, ia pun menduga jika pemerintah sepertinya melakukan sesuatu juga terhadap masyarakat lainnya.

Dugaannya adalah masyarakat lainnya telah dicuci otaknya saat ini, walaupun ia tidak tahu bagaimana cara pemerintah bisa melakukannya. 

Tokyo NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang