Chapter 3

5 0 0
                                    

"Yang benar saja..."

Yuki hanya diam mematung melihat keadaan Shibuya sama seperti semalam.

"Yuki-san, kenapa kau hanya diam saja?" Tanya Hiiro karena heran, setelah bangun malah melihat Yuki yang hanya diam mematung.

"Aku? Diam?"

"Ah, aku hanya mencoba menerima situasi."

Hiiro yang melihat keadaan sekitar pun akhirnya paham dengan apa yang terjadi dengan Yuki sekarang.

"Tak biasanya, Shibuya sepi seperti ini saat pagi."

"Kau menyadarinya, Hiiro?"

"Ya, begitulah."

Terdengar tiba – tiba suara perut berbunyi.

"Maaf, Yuki-san."

"Tidak, suara itu berasal dariku." Yuki mengakui jika suara perut itu berasal darinya.

Nampaknya Yuki dan Hiiro harus mengisi tenaga dengan memakan sesuatu. Maka dari itu, hal pertama yang mereka cari terlebih dahulu adalah makanan untuk sarapan.

Yuki dan Hiiro akhirnya berjalan di sekitaran kawasan pusat.

Biasanya pusat kawasan yang selalu ramai kendaraan dan orang – orang, sekarang benar – benar terlihat sangat sepi dan kosong.

Yuki tak menyangka Shibuya yang selalu aktif setiap saat, akhirnya menjadi sebuah distrik yang antah berantah seperti sekarang.

"Yuki-san, aku melihat ada minimarket disana." Panggil Hiiro sambil menarik – narik lengan baju Yuki.

"Ah-Huh, aku juga melihatnya."

Mereka pun sampai di minimarket itu. Dan mereka melihat tak ada satu orang pun didalamnya.

Yuki mengambil sebuah roti yang ada dirak, dan langsung memakannya.

"Ah, Yuki-san. Kau makan itu tanpa membayarnya sama sekali?"

"Mau bayar sama siapa, yang jaga kasir pun nggak ada." Kata Yuki sambil mengunyah rotinya.

Yuki pun meminta Hiiro untuk mengambil makanan apapun yang ia suka.

Dan, Hiiro pun mengambil banyak makanan dan kemudian membawa ke tempat kasir.

"Kau yakin mengambil makanan sebanyak itu?"

"Emangnya masalah, lagipula aku ini belum makan dari semalam."

Yuki pun kemduan mengambil sekaleng kopi dingin dari kulkas.

Namun disaat ia melakukannya, tiba – tiba ia merasakan sakit dikepalanya.

"Yuki-san, kau baik – baik saja?" Tanya Hiiro.

"Ya. Aku baik."

Yuki heran kenapa ia bisa sakit kepala tiba – tiba, apalagi rasa sakit yang ia rasakan sangat berbeda dari rasa sakit kepala biasanya.

"Sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini."

"Ya" Hiiro tampak bahagia membawa sekumpulan makanan itu.

Yuki yang melihat ekspresi bahagianya Hiiro, membuat rasa sakit dikepalanya mereda.

"Aku merasa bersalah karena membawa makanan sebanyak ini tanpa harus membayarnya."

Sekali lagi, Yuki dibuat heran dengan isi kepalanya Hiiro, kenapa ia harus memikirkan hal itu disaat situasi seperti sekarang.

"Hiiro, jika kau merasa bersalah, kau bisa menganggap itu semua sebagai utang."

"Utang ya, iya juga sih. Mungkin nantinya aku akan membayarnya jika ada seseorang disini."

"Ya, terserahmu saja." Yuki jujur tidak peduli dengan hati mulia yang dimiliki Hiiro sampai – sampai merasa bersalah hanya karena harus membawa sekumpulan makanan tanpa membayar dari sebuah minimarket yang kosong.

Tokyo NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang