Helikopter akhirnya mendarat di sebuah kawasan yang berada di Shinjuku.
Yuki yang sampai disana, merasa tak menyangka jika ia akan kembali menginjakkan kaki di Tokyo.
Terlihat banyak personel militer yang terlihat mulai bersiap – siap dalam menjalankan misi operasi yang telah diperintahkan oleh Itsuki.
"Ternyata kau orang diikutsertakan dalam misi operasi ini, Ayashima Yuki-san." Muncul seorang gadis berambut oranye menyapa Yuki.
"Senang bertemu denganmu. Namaku Ayase Naomi, aku adalah pemimpin pasukan dalam misi operasi ini."
Mereka berdua pun berjabat tangan.
Yuki yang melihat gadis itu, seakan tak percaya bahwa yang ia temui adalah seorang gadis muda yang ternyata adalah seorang personel militer yang memimpin pasukan sekarang.
"Sesuai perintah Kapten, kita akan pergi ke sebuah rumah sakit tempat dimana antibodinya berada."
"Lokasinya tidak jauh dari sini, sebaiknya kita bergegas."
Naomi pun memerintahkan seluruh pasukan untuk segera bersiap – siap memulai misi operasi.
"Yuki-san, sebaiknya kau menunggu di mobil. Aku harus memberikan pengarahan terlebih dahulu." Kata Naomi.
Yuki hanya menuruti perkataannya Naomi, dan kemudian pergi masuk kedalam salah satu mobil militer.
Dari dalam jendela mobil, Yuki melihat Naomi memberikan semacam pengarahan terhadap pasukan lainnya.
Disatu sisi, Yuki tak mengerti kenapa ia tidak dilibatkan dalam pengarahan itu. Padahal ia juga ikut serta dalam misi operasi ini. Namun, ia juga sadar jika mungkin saja ia hanya dianggap sebagai orang luar. Maka dari itu, tidak dilibatkan dalam pengarahan.
Setelah Naomi selesai memberikan pengarahan. Ia pun kemudian masuk kedalam mobil tempat Yuki berada.
"Maaf, Ayashima-san. Jika aku tidak melibatkanmu dalam pengarahan barusan."
"Tidak, tak masalah."
Semua pasukan pun telah bersiap dan akhirnya mereka pun berangkat menjalankan misi operasi.
"Ayashima-san, aku akan memberikanmu pengarahan khusus kali ini."
"Pengarahan khusus?" Yuki heran dengan kalimat itu.
"Sebelumnya aku mengarahkan kepada seluruh pasukan lainnya untuk berjaga – jaga diluar rumah sakit."
"Nantinya, aku dan beberapa pasukan lainnya akan ikut bersamamu masuk kedalam rumah sakit untuk mengamankan antibodinya."
Yuki tak menyangka akan dilibatkan secara langsung dalam mengamankan antibodi.
Didalam perjalanan, Naomi terlihat gelisah melihat Yuki, seperti ada sesuatu yang menganggunya.
"Ayashima-san, jika seandainya kau mati dalam misi operasi ini, apakah kau siap menerimanya?"
"Apa maksudmu?" Tanya Yuki dengan raut wajah heran.
"Maaf, jika seandainya aku bertanya yang aneh – aneh. Soalnya aku sudah frustasi dengan situasi yang terjadi sekarang."
"Banyak dari kami yang sudah berguguran dalam menyelesaikan situasi ini."
Yuki jelas tidak ingin mati. Tapi disatu sisi, ia sadar jika apa yang dijalankan oleh Naomi dan pasukan lainnya adalah sebuah jalan menuju kearah kematian.
Maka dari itu, ia tidak mau mengambil sikap egois dalam menjawab pertanyaannya Naomi.
"Jika seandainya aku harus mati dalam misi ini, aku akan menerimanya."
"Ayashima-san, aku harap kau tidak menyesali jawabanmu itu."
Seketika Yuki merasa merinding mendengar perkataannya Naomi, apakah sebegitu frustasinya ia sampai – sampai harus menakutinya dengan kalimat seperti itu.
Mereka pun akhirnya sampai disebuah rumah sakit tempat misi operasi akan dimulai.
Naomi memerintahkan pasukan untuk banyak berjaga diluar, sedangkan ia dan lima dari yang lainnya ikut bersama Yuki masuk kedalam rumah sakit itu.
Sesampainya didalam rumah sakit, Yuki melihat keseluruhan rumah sakit tersebut, ia merasa jika rumah sakit terlihat seperti rumah sakit pada umunya.
"Walaupun rumah sakit ini terlihat sama seperti pada umumnya, Tapi jelas, jika antibodinya berada ditempat ini." Sanggah Naomi seakan tahu apa yang dipikirkan Yuki.
"Ayashima-san, antibodinya berada disebuah lab penilitian di lantai tiga rumah sakit ini."
Mereka pun bergegas menuju ke tempat tersebut.
Sesampainya di lantai tiga, mereka dikejutkan dengan ditemukan mayat para ilmuwan yang tergeletak bersimbah darah.
Yuki yang melihat mayat – mayat itu seakan sadar ada yang tidak beres dari kematian mereka semua.
"Bukannya, Minamoto-san mengatakan jika mereka semua mati diserang oleh sekumpulan mayat hidup."
"Apa maksudmu, Ayashima-san?" Naomi seketika bingung dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuki.
"Maksudku adalah para ilmuwan ini mati bukan karena diserang oleh sekelompok mayat hidup melainkan dibunuh oleh seseorang menggunakan senjata api."
Ditambah lagi, Yuki pun sadar jika selama merasa berada dirumah sakit itu, tidak ada satu pun tanda – tanda mayat hidup berkeliaran didalamnya.
"Benar juga, Berarti mereka dibunuh oleh teroris yang kemungkinan sebelumnya ada ditempat ini." Kata Naomi seakan mengkonfirmasi jika yang dikatakan oleh Yuki itu benar.
Namun disatu sisi, Yuki terkejut karena Naomi tiba – tiba menduga jika yang melakukan itu semua adalah salah satu dari pihak teroris.
"Ayashima-san, sebaiknya kau pergi duluan ke lab penelitian itu, kami semua yang ada disana akan mencoba mengecek sekitaran."
Mereka semua akhirnya berpencar. Yuki pun akhirnya pergi sendirian ke lab penelitian itu.
Sampainya di lab penelitian, Yuki mencoba mencari seperti apa wujud dari antibodi yang dicarinya itu. Ia membongkar keseluruhan isi dalam lab penelitian itu.
Namun ia tidak menemukan satupun yang ia rasa merupakan antibodi yang dicarinya.
Lagipula, apa yang temukan ditempat itu hanyalah sebuah obat – obatan yang kemungkinan tidak ada kaitannya dengan antibodi yang ia cari itu.
Sampai akhirnya ia melihat ada dua buah serum yang terletak didepannya.
"Synthesis C-02." Yuki yang membaca tulisan yang ada serum itu seakan yakin jika benda itulah antibodi yang ia cari.
Sejujurnya, Yuki berniat untuk memastikan hal itu dulu kepada Naomi.
Tapi, karena saat ini Naomi dan pasukan lainnya sedang sibuk mencari jejak pelaku penembakan para ilmuwan tersebut. Membuat Yuki akhirnya tak berpikir langsung mangambil benda itu dan kemudian membawanya pergi.
Ia pun akhirnya keluar dari ruangan itu, karena merasa sudah yakin membawa antibodi yang benar.
Namun seketika, Yuki melihat kejadian yang tidak ia sangka – sangka sebelumnya.
Naomi dan pasukan lainnya seketika menodongkan senjata mereka kearah Yuki seakan bersiap – siap untuk menembak.
"Apa maksudnya kalian mengarahkan senjata kearahku?" Yuki spontan terkejut melihat dirinya akan mengalami hal seperti ini lagi.
"Maaf Ayashima-san, ini perintah kapten, kami harus menurutinya."
"Apa maksudmu, Ayase-san." Yuki bingung dengan kalimat yang dilontarkan Naomi.
"Sesuai dengan intruksi Kapten. Kami akan mengeksekusi anda ditempat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Nightmares
Mystery / ThrillerSeorang gadis terbangun dari situasi yang tidak diinginkannya, melihat tempat tinggalnya saat ini terlihat bagaikan mimpi buruk abadi dimatanya. Dia pun kemudian mulai mencari tahu apakah yang sebenarnya terjadi terhadap kota tempat ia tinggal sekar...