Chapter 12

3 0 0
                                    

Yuki akhirnya sampai di kamp pengungsian, ia melihat banyak orang yang terlihat cemas dan ketakutan.

Baginya hal ini wajar, karena mereka semua disini mengalami kejadian yang tidak masuk akal dalam hidup.

Namun, ada juga beberapa dari mereka yang melihat Yuki dengan tatapan sinis.

Sejujurnya Yuki benar - benar merasa risih ditatap dengan pandangan sinis seperti itu. Namun hal itu tetap dianggap sebagai wajar, karena mungkin saking syoknya dengan situasi sekarang. Ada dari mereka yang bahkan sulit untuk menunjukkan ekspresi yang benar.

Bahkan, ada juga dari mereka yang hanya terdiam saja dengan tatapan kosong. Dan bagi Yuki, itu terlihat menyeramkan, walaupun ia menganggap itu juga wajar.

Yuki pun mulai mencoba untuk berinteraksi dengan salah satu dari mereka.

Ada satu orang yang dapat diajak berinteraksi oleh Yuki.

"Tuan, kau baik - baik saja. Aku melihatmu sangat gelisah tadi. Apa ada masalah?"

"Ah, ya, maksudku tidak......"

Yuki bingung dengan jawaban orang itu.

"Kalau aku boleh tahu, apa yang terjadi sewaktu evakuasi berlangsung, Tuan?" Yuki sepertinya mencoba mencari sedikit informasi mengenai hari evakuasi waktu itu.

"Ahh, hari evakuasi ya.... Yang jelas kami bersyukur bisa ada disini."

"Bagaimana dengan keluargamu, Tuan. Apakah mereka ada disini bersamamu?"

"Keluargaku. Mereka......" Orang itu tiba - tiba seakan mencari - cari sesuatu.

"Tuan, apa kau baik - baik saja, apa mungkin keluargamu tidak ada disini?" Yuki yang melihat orang itu seakan sadar jika ia sedang mencari keluarganya atau memang keluarganya tidak ada disini.

"Tidak, maksudku ya. Aku baik."

Yuki tak paham dengan reaksi dari orang yang ia ajak bicara, setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya, selalu ia respon dengan gelisah dan juga tidak jelas.

"Maaf, aku harus segera pergi. Sepertinya keluargaku sedang mencari aku."

Seketika orang itu pergi secepatnya meninggalkan Yuki, seakan seperti menghindarinya.

Yuki yang melihat reaksi orang itu, seakan yakin jika ada yang tidak beres dengannya.

Namun, Yuki mencoba berpikir positif dengan menganggap jika ia mungkin salah, karena bertanya yang aneh - aneh. Bisa jadi memang keluarganya ada disini.

"Yuki-san, kau ada disini rupanya." Sapa Hiiro.

"Sebaiknya, kita keluar, aku tak nyaman berada disini."

Yuki heran melihat reaksi Hiiro yang seakan sangat risih dan gelisah didalam kamp pengungsian itu.

Hiiro pun kemudian mengajak Yuki untuk duduk disebuah kursi panjang yang ada diluar kamp.

"Kenapa kau mengajakku duduk disini, Hiiro?"

"Yuki-san, apakah kau tidak merasa ada yang aneh dengan tempat ini."

"Apa maksudmu?" Yuki tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Hiiro.

"Mereka sebelumnya mencoba melukaimu, dan sekarang Yuki-san malah terlihat santai seperi tidak ada yang terjadi sebelumnya."

Yuki sepertinya paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Hiiro. Akhirnya, Yuki menjelaskan kepadanya bahwa ia sudah mengetahui kebenarannya. Dan tidak mempersalahkan apa yang terjadi sebelumnya.

"Yang jelas, kita hanya bisa mengharapkan yang terbaik sekarang." Kata Yuki.

"Begitu ya, Yuki-san." Kata Hiiro setelah mendengar penjelasannya Yuki.

Namun, kelihatannya Hiiro masih gelisah dan seakan masih ragu dengan kebenaran yang diungkapkan Yuki barusan.

"Begini ya, Yuki-san. Aku sebenarnya mau mengatakan suatu hal."

"Sebenarnya---"

Seketika datang seorang personel militer memotong pembicaraan itu.

"Maaf, Ayashima-san. Kapten memintamu untuk menemuinya kembali."

"Menemuinya lagi?" Yuki bingung mengapa Itsuki sampai memintanya kembali menemuinya.

"Ada yang mau dibicarakannya dengan anda."

"Kapten mengatakan jika hal ini berkaitan dengan keselamatan masyarakat yang tersisa di Tokyo saat ini."

Yuki yang mendengar itu, seketika langsung menerima ajakan untuk kembali menemui lagi Itsuki.

"Maaf Hiiro, pembicaraan barusan sebaiknya kita bahas nanti."

"Tapi, Yuki-san....." Kata Hiiro seakan ingin menghentikan langkah Yuki.

Yuki dan personel militer itu kemudian pergi untuk menuju ketempat Itsuki.

Hiiro yang melihat Yuki pergi meninggalkannya seketika tertunduk lesu. Ia merasa tak berdaya untuk menghentikan langkahnya.

Sepertinya, Hiiro sangat terlihat cemas melihat Yuki, karena seketika ia dapat menerima apa yang diketahuinya sekarang tanpa mempermasalahkannya sama sekali.

Tokyo NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang