° Three °

11K 1.5K 140
                                    

Haechan bagi Chenle sendiri adalah definisi ibu yang sangat baik, baik sekali. Sosok Mama yang sempurna, meskipun terkadang Chenle suka kesal, Haechan suka nyukurin dia soalnya mengalami yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan.

Nyelekit sih memang, tapi begitulah adanya, terkadang Chenle ingin menyerah. Tapi ia kembali berpikir kalau memang ia menyudahi rasa ini, menyudahi dirinya yang kekeuh untuk mengejar Jisung, bukankah perjuangannya akan sia-sia saja?

"Kak, tolong ambilin mama kunyit di kebun belakang dong."

Perintah tersebut sama sekali tak mendapatkan gubrisan, Chenle masih asik melamun sembari memainkan jari telunjuknya di atas permukaan ikan cupang milik sang adik.

"Kak?" Haechan menolehkan kepalanya, ia keheranan sebab si sulung tak kunjung berdiri dari tempatnya.

"Kakak?" Panggilnya sekali lagi, namun responnya tetap sama, Chenle masih menatapi ikan cupang tersebut dengan tatapan nelangsa miliknya. Seolah berbicara dari hati ke hati dengan ikan tersebut lewat tatapan mata mereka. Untung saja kegiatan bikin puyeng ikan cupang tersebut tidak di ketahui oleh sang adik, bocah berumur 3 tahun itu sedang di colong oleh Buna, jadi aman-aman saja.

"HOIII JUNG CHENLE!"

Chenle tersentak, ia menatap kaget sang mama sembari mengelusi dadanya yang jedag jedug karena teriakkan tersebut.

"Kenapa sih, mah? Astaga kaget!"

Haechan lantas mendengus, ia menatap Chenle dengan wajah tak habis pikir miliknya, Haechan menggelengkan kepala dengan satu tangan yang bertengger di pinggangnya.

"Kamu mama panggil-panggil dari tadi diem aja, ngapain sih? Ngelamun? Mikirin apa, palingan juga uang jajan udah habis Minggu ini kan?" Ejek Haechan dengan raut wajah yang berhasil membuat Chenle memberut di buatnya.

"Bukan tau, lebih berat lagi dari pada itu, masalah masa depan ini?" Jelas Chenle, wajahnya sudah cemberut sedari tadi.

Haechan sendiri menatap bingung kearah sang anak, "masa depan? Kenapa? Otong kamu bermasalah?"

Chenle membelak, menatap Haechan dengan tatapan tak percaya miliknya, kenapa jadi bahas Otong coba?

"Mama! Bukan itu."

"Ya terus? Katanya masa depan, gimana sih."

Chenle memutar bola matanya malas, tidak sopan memang, tapi kali ini Chenle lakukan saja, mama nya ngeselin soalnya.

"Emang masa depan soal Otong doang? Kan banyak, pekerjaan, cinta contohnya."

Haechan menaikkan alisnya, benar juga sih apa kata anaknya ini.

"Lagian mama ingetnya 'itu' mulu." Dengus Chenle, sedangkan Haechan yang mendengar kata-kata tersebut langsung saja membelakan matanya, menatap Chenle dengan tatapan sangar miliknya.

Chenle sih biasa-biasa saja, soalnya Mama nya ini kalau marah mukanya gemesin, seperti kata Baba sih lebih tepatnya.

Duh, Chenle iri dengan cinta Baba juga Mama nya ini. Kenapa ya, kisah cintanya kok ngenes begini?

Chenle pada akhirnya menghela napas panjang, melangkahkan kaki untuk menuju kamar miliknya, meninggalkan Haechan yang entah sedang membicarakan soal apa.

Niat awalnya sih Chenle mau ke kamar dan bermain game, tapi niatnya itu harus di tunda entah berapa lama, sebab Haechan sudah berteriak kembali.

"HEH, TADI MAMA SURUH AMBIL KUNYIT KOK MALAH KABUR."

"Gak kabur, gak berani nanti gak dapet uang jajan lagi."

"Kakak!"

"Iyaa mama sayang, muaah." Chenle kemudian berlalu setelah mencium pipi kanan Haechan.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang