° Twenty Eight °

7.6K 990 82
                                    

"Kak, mau ikut Baba gak?"

Chenle menoleh, menatap ke arah Mark yang sudah siap dengan pakaian kasualnya.

"Kemana?" Tanyanya, ia menatap santai ke arah Mark seolah berbicara dengan temannya sendiri.

"Tempat biasa."

Mark mencebikkan bibirnya, "udah tua masih aja main ke sana." Sindirnya.

Sedangkan Mark hanya menatap datar ke arah sang anak, tua-tua begini juga Mark masih menyandang gelar ketua di sana ya!

"Mau ikut gak? Gitu aja jawabnya susah amat!"

Chenle terkekeh, kemudian berdiri dari duduknya. Meninggalkan keripik kentang di dalam toples buatan si Mama. "Iyaa ikut." Katanya kemudian, Chenle kemudian berlalu ke arah kamar hanya untuk mengambil jaket denim miliknya.

"Eh duo curut mau kemana?" Pertanyaan yang Haechan lemparkan ketika melihat suami juga anaknya sudah berjalan beriringan.

"Markas sayang."

"Ngapain?" Tanya Haechan dengan kening mengkerut miliknya.

"Main aja."

"Main aja apa ngecengin anak-anak muda di sana?" Haechan sudah menyipitkan matanya, menaruh rasa curiga pada sang suami, yang mana Mark tanggapi dengan tatapan datar miliknya.

Haechan tersenyum manis, lalu mengangguk-anggukan kepalanya di sertai tangan yang melambai, ia lalu berlalu ke dalam kamar si bungsu.

"Baba padahal mau godain Ningning, kan?"

Mark membelak mendengarnya, enak saja! Dirinya ini setia ya, tidak ada niatan seperti itu di kampus hidup seorang Mark Jung. Baginya Haechan saja sudah cukup! Jangan sampai kejadian beberapa tahun silam terulang untuk kedua kalinya.

"Enak sama anak sama aja, heran!" Kata Mark lalu berlalu lebih dulu yang mana membuat Chenle tertawa di buatnya.

"Iyalah sama, orang kakak anaknya!"

Mark hanya diam, kalau berbicara dengan Haechan ataupun Chenle dijamin tidak akan ada habisnya, mereka sama-sama tidak mau kalah!

Selama perjalan menuju lokasi, tak ada yang mereka bicarakan sampai pada akhirnya Chenle membuka suaranya, "Baba, mau tanya deh."

Mark menoleh sekilas, lantas mengangkat sedikit kepalanya sebagai bentuk respon yang ia berikan.

"Se sayang apa Baba sama Mama?"

Mark terkekeh, "tiba-tiba?"

Chenle mengangguk, ia menopang dagunya penasaran akan jawaban yang Mark berikan nantinya.

"Gak bisa di jelasin sih." Jawab Mark, ia masih fokus pada kemudinya, karena jujur saja Mark memang tidak bisa menjelaskan bagaimana sayangnya ia dengan istrinya itu.

"Sayang banget ya, Ba?"

Mark lagi-lagi menoleh, melihat ke arah Chenle yang sudah memberikan senyuman lebar miliknya, Mark tahu anaknya ini sedang ingin menggodanya saat ini.

"Iyalah, banget. Gak liat kamu Mama kamu tuh gak ada duanya! Ganteng iya, cantik iya, baik iya, sangar iya, gemesin apalagi! Komplit pokoknya mah!" Mark tertawa, di kepalanya sudah terlintas wajah manis sang istri.

"Kayak seblak, paket komplit."

Keduanya lagi-lagi tertawa karena pembahasan yang tiba-tiba tercipta, setelahnya hanya hening kembali yang tercipta. Jujur saja Chenle sangat tahu bagaimana Baba yang mencintai Mama nya, bagaimana besar cinta yang kedua orang tuanya berikan. Dan Chenle berharap kisah cintanya bisa sebahagia kisah cinta orang tuanya.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang