° Twenty Three °

8.4K 1K 145
                                    

"MAMAAAA!" Teriak Chenle ketika anak itu baru saja memasuki rumah. Haechan yang mendengar suara si sulung sama sekali tak menggubris, sudah biasa dia. Jadi Haechan tetap melanjutkan kegiatannya membuat makanan untuk keluarganya ini.

"BABA BELI SEKOLAH!"

Tau bagaimana rasanya jantung Haechan setelah mendengar kata-kata tersebut? Rasanya sudah seperti jatuh mendadak dan sedetik berikutnya Haechan meninggalkan kegiatannya, berjalan kearah wastafel untuk mencuci tangannya.

"Masa? Kenapa?" Tanya Haechan ketika ia sudah tiba tepat di hadapan sang anak yang kini menatap si oknum yang di bicarakan dengan tatapan seolah-olah mengatakan.. gak tahu, ini orang gak jelas banget! Sedangkan Mark hanya menatap Haechan dengan tatapan apa salahnya?

"Kamu ngapain beli sekolah?"

"Kakak mau dikeluarin dari sekolahnya, yaudah sekalian aja aku beli, masa baru 3 bulan masuk udah mau dikeluarin aja sih." Kata Mark enteng, yang mana membuat kedua orang yang berada di sana bersama-sama menepuk kening mereka. Masih tidak habis pikir dengan apa yang kepala keluarga ini lakukan.

"Kamu gak tahu lagi tempat buat letakkin uang ya? Makanya asal beli sekolah aja."

Mark diam, sebenarnya sih iya, soalnya setelah ia membeli sekolah tempat anaknya menimba ilmu ini saja uang di beberapa rekeningnya masih tersisa sangat banyak. Iya, sangat! Jadi daripada uang nya terbengkalai tak kunjung habis, lebih baik di belikan sekolah saja. Lumayan juga, si kakak jadi sekolah yang mana sekolah tersebut adalah milik ayahnya sendiri.

"Iya deh kayaknya, gapapa kan? Lagian aku kesana gak tau harus ngomong apa, jadi langsung aja biar cepet. Pusing aku tadi di sana ibu nya anak yang bikin masalah sama kakak ngotot mau ngeluarin kakak, yaudah beli aja sekolahnya biar kakak gak di keluarin." Jelas Mark, ia menatap polos kearah Haechan.

Haechan mengangguk, mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk pundak Mark. Lalu setelahnya mendekatkan wajahnya untuk mengecup pelan bibir tipis sang suami.

"Iya gapapa." Ujar Haechan setelahnya, melupakan keberadaan sang anak yang menatap mereka dengan mulut terbuka lebar.

"AAAAA MAMA! BABA! ANAKNYA MASIH DI SINI LOH! ADUH MATA KAKAK, GAIB APA YA KAKAK INI?!" Protes Chenle. Ia menatap kearah Haechan juga Mark dengan tatapan tajam miliknya.

Sedang kedua orang tua dari Chenle itu hanya terkekeh menanggapinya. Kata Haechan sih tidak ada salahnya mengapresiasi apa yang suaminya ini sudah lakukan, jadi sedikit kecupan tidak masalah. Masalahnya itu melakukannya tahu tepat dong maksud Chenle!

"Huh! Dunia rasa milik berdua, kayaknya kakak harus bayar kontrakan dulu deh, ngontrak di bumi gak se asik kelihatannya!"

Lagi-lagi Mark juga Haechan tertawa di buat oleh anak sulung mereka ini, biasalah Chenle ini seperti tidak tahu orang tuanya saja.

"Mama, adek mana?"

"Masih di tempat Omi." Jawab Haechan.

"Belum di jemput? Jangan bilang mama lupa kalo punya anak satu lagi!"

Haechan lalu tersenyum manis, "ya engga sih, malah hampir lupa punya anak dua, keasikan berdua terus sama baba 2 Minggu kemarin sih." Katanya kemudian. Mark yang melihat Haechan seperti ini hanya terkekeh, sepertinya ia tahu apa yang istrinya ini maksudkan. Haechan sedang ingin menggoda putra sulung mereka.

Dengan begitu Mark menarik diri Haechan untuk masuk ke dalam pelukannya, mengecup pipi tembam itu dengan gemas luar biasa. Chenle yang melihat itu sudah pasti menatap kedua orang tuanya dengan tatapan horor miliknya.

"Iya, kompak banget emang kalo urusan buat anaknya iri sama cintanya kalian."

Haechan tersenyum, ia menoleh kearah Mark yang juga menatap kearahnya, "mama engga tuh, ya kan sayang?"

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang