° Twenty Nine °

8.1K 940 55
                                    

"Ayo balik, gue udah di telepon Baba." Chenle membaktikan dirinya, padahal ia masih sangat nyaman bersandar pada dada bidang milik kekasihnya.

Iya, kekasihnya. Sekarang Chenle sudah minat dan menerima Jisung untuk menjadi kekasihnya, dan malam ini adalah malam hubungan mereka sudah benar-benar jelas. Bukan hanya teman tapi mesra, tapi seorang kekasih yang memang saling mencintai satu sama lainnya.

"Mana?" Jisung mendongak, ia melihat ke arah Chenle yang sedang menepuk-nepuk celana bagian belakangnya.

"Nih." Chenle menunjukkan benda pipih yang ia genggam di tangan kiri, ada dua panggilan tak terjawab dan sebuah pesan yang menanyakan di mana keberadaan Chenle. Karena itu, Jisung mengambil alih handphone tersebut, menekan tombol panggil untuk menelepon ayah dari yang lebih tua.

"Hallo Ba, iya ini Jisung."

"Kenapa, Ji?"

"Baba nanti Lele nya pulang bareng Jisung aja ya, kalo Baba mau pulang duluan gapapa."

"Ohh gitu, ya udah kalo gitu Baba pulang duluan ya, jangan malem-malem banget loh pulangnya."

"Oke Ba, siap."

Panggilan kemudian di matikan, Jisung kembali memberikan handphone kepada si empunya. "Udah gue izinin sama Baba, sini duduk lagi." Jisung menepuk space kosong yang tadi Chenle duduki.

Chenle mendengus, tapi ia tetap menurut dan duduk di samping Jisung. "Mau kayak tadi." Katanya tanpa malu-malu. Awalnya saja, sebab setelah acara tembak-menembak yang tak terduga Chenle kembali seperti Chenle yang biasanya. Asal sergap dan tidak tahu malu, padahal status mereka sudah berubah sekitar beberapa menit yang lalu.

"Gue jadi gak percaya deh sama kata-kata lo, emang iya suka gue dari dulu?" Chenle mendongak, menatap Jisung yang saat ini menatap lurus pemandangan dihadapannya.

Pemuda bermarga Lee itu mengangguk sebagai jawabannya, "emang iya? Gak bohong?"

"Lo mau gue jawab jujur apa bohong?"

Chenle jelas mendengus, walaupun jawaban jujur lebih menyakitkan daripada bohong, jujur Chenle lebih memilih jujur saja.

"Ya jujur."

"Ya tadi gue udah jujur."

Chenle mengangguk kembali, lalu menatap ke arah depan, mengikuti apa yang Jisung lakukan. "Tapi kenapa pacaran sama Wonyoung?"

Jisung tersenyum miring mendengarnya, "akting aja sih itu, ya tapi emang pasaran beneran."

Tepat setelah Jisung menutup mulutnya, Chenle memberikan sebuah geplakan di kepala Jisung yang mana membuat Jisung meringis setelahnya. Pemuda Lee itu menatap kearah yang lebih tua dengan tatapan protes miliknya.

"Kok di geplak sih?"

"Lo bego abisnya, akting-akting kepalamu! Bukan akting namanya kalo beneran pacaran!"

Kali ini Jisung tertawa, menggusak pucuk kepala Chenle dengan gemas. "Gue pacaran sama dia biar Lo ngejauh, biar Ayden bisa deketin lo."

Mendengar itu Chenle lantas memasang wajah julid miliknya, "dih emang definisi bego paket komplit ya di lo doang emang, Ji! Sumpah dah, kalo lo suka kenapa gak berjuang, udah tau yang gue suka juga lo, bukan Ayden!" Dengus Chenle, ia melepaskan rangkulan tangan besar Jisung pada pinggang miliknya. Karena Chenle sedang dalam mode merajuknya.

"Gue kan mau biarin Ayden berjuang dulu, kali aja lo luluh, tau nya pelet gue masih bekerja, gak bisa kan lo berpaling dari gue?!" Jisung tersenyum penuh goda, ia bahkan menunjuk Chenle yang mana membuat Chenle semakin kesal di buatnya.

"Ish, putus aja lah kita! Gue mau sama Ayden aja, Ayden lebih pengertian, lebih peka, lebih segala-galanya!"

Jisung mengangguk saja sebagai jawabannya, lalu menarik Chenle ke dalam pelukannya kembali, "coba aja, gak akan gue biarin lo kemana-mana!."

Hal yang membuat Chenle kesal namun sekaligus senang juga, ia tersenyum menatap langit malam hari ini yang nampak begitu indah, seolah sedang mendukung cerita cinta kedua remaja ini.

Chenle hanya berharap, semoga kedepannya apa yang Jisung katakan memang pemuda itu tempati, dan semoga kedepannya dia juga bisa menjadi kekasih yang baik untuk Jisung sendiri.

●●●

Chenle mengkerutkan keningnya ketika sampai di gerbang sekolah, matanya menyipit karena silau mentari di pagi hari ini cukup cerah. Tak lama bibir tipis miliknya mengulas senyum karena mengingat betapa bahagianya dia semalam.

Untung saja malam itu dia ikut, untung saja malam itu malam di mana hari kasih sayang belum usai.

Chenle memang nampak biasa saja katika di hadapan Jisung, tapi nyatanya semalam pemuda itu berteriak tertahan sambil mengigit bantal miliknya. Mengingat bagaimana Jisung yang menjadikannya kekasih plus memberi- mungkin lebih tepatnya mengambil frist kiss dari Chenle sendiri.

"Heh! Ngapain lo senyum-senyum sendiri?!"

Chenle tersentak, ia menoleh hanya untuk melihat siapa seseorang buang membuat kaget pagi-pagi begini!

"Bisa gak biasa aja dorong bahu gue nya gue tanya?!" Dengus Chenle.

"Yaa maap, abisnya daritadi gue udah jalan di samping lo, Lo nya masihhh aja senyam-senyum." Jawab Daehwi, ia sedang membela diri.

"Iya artinya gue bahagia."

Daehwi mencebikkan bibirnya, "bahagia sama gila tuh ternyata hampir sama ya?"

"Jauh lah gila, bahagia ya bahagia!"

"Itu buktinya Lo bahagia sampe kek orang gila."

Chenle hanya melayangkan tatapan datar miliknya ketika Daehwi tersenyum dengan menunjukkan deretan giginya. Setelahnya Daehwi memilih berlari agar tak mendapati sebuah pukulan yang luar biasa menyakitkan dari seorang Jung Chenle.

Chenle melongokan kepalanya ketika melintasi kelas Jisung yang masih sepi, mungkin baru setengah dari jumlah murid yang ada.

"Ngapain?"

Chenle menoleh, menatap sengit ke arah Jisung yang tadi bersuara.

"Nagih hutang." Chenle tersenyum paksa, senyum yang berhasil membuat Jisung menggelengkan kepala, gemas soalnya.

"Gemesin banget sih!"

Chenle mencebikkan bibirnya, "emang dari dulu, baru nyadar kan lo? Makanya dari dulu dong notis keberadaan gue di hidup lo ini!"

Jisung hanya tersenyum tipis menanggapinya, lalu mengapit pipi tembam sang kekasih menggunakan telapak tangannya yang besar.

"Iya-iya bawel, mau gue anter gak ke kelas?"

Chenle menggelengkan kepalanya, mendorong bahu Jisung agar masuk ke dalam kelasnya sendiri, sedang Chenle sudah berlalu sambil melambaikan tangannya.

"Ketemu di kantin aja nanti ya?"

Yang mana Jisung angguki sebagai jawabannya. Jisung menggelengkan kepalanya kemudian, sebenarnya yang lebih tua diantara mereka ini dirinya atau kekasihnya itu sih?

◍◍◍

Haiii!!!

Sudah lamaa kita tidak berjumpaaa, maaf bangettt Jee selalu lama update our lifee:"""

Jangan lupaa vote sama komennyaaa^^

Part selanjutnya di usahakan gak akan lamaaa okayyy..

See youuu 💚💚💚

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang