° One °

26.3K 2K 448
                                    

"MAMAAAA?"

Haechan memutar bola matanya jengah entah untuk yang keberapa kalinya, ia sedang berada di dapur sedangkan teriakan tersebut berasal dari kamar si sulung Jung.

"MAAH?"

Teriakan tersebut kembali terdengar sebab tadi tak kunjung mendapatkan jawaban. Haechan menarik napasnya dalam-dalam, siap menyahuti teriakan sang anak yang menggelar itu.

"APA?"

"KAOS KAKI PUNYA KAKAK DIMANA?"

"ADA DI LEMARI, DICARI YANG BENER."

"UDAH MAH."

"Kakak! Kalo udah deket ngapain teriak?" Ujar Haechan yang sudah memegang telinga miliknya. Sedangkan si oknum yang bersangkutan hanya menyengir saja.

"Dapet gak?"

Chenle, si sulung keluarga Jung itu menggelengkan kepalanya. "Gak dapet, udah kakak cari beberapa kali masih aja gak ketemu."

"Kaos kaki yang mana sih emang?" Tanya Haechan, ia sedang memindahkan spaghetti ke sebuah piring.

"Yang polos warna putih."

"Udah Mama letakkin di lemari, kalo nanti Mama dapet kamu gak boleh main sama Jisung Minggu ini."

Chenle sontak saja membelak, tidak terima dengan ancaman seperti itu. Apa-apaan tidak boleh bermain dengan si jangkung nan sipit itu?!

"Mah, kok gitu?! Yaudah kakak cari lagi aja sendiri lagi." Setelahnya Chenle langsung saja berlari menuju kamarnya, hal yang membuat Haechan terkekeh gemas melihatnya. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, soal Jisung anak itu memang selalu nomor satu.

"Sayang?"

Haechan menoleh, melihat kearah Mark yang nampak sedang kebingungan.

"Apa? Udah siap? Adek udah bangun belum?"

Mark menggeleng, menarik tengkuk Haechan dengan cepat dan mencium bibir berisi itu dengan kilat, hal yang membuat Haechan mendengus setelahnya.

"Dasi aku mana?"

Haechan menghela napas lelah, tidak anak tidak bapak ya sama saja!

"Kan udah di siapin, barengan sama baju kamu juga."

"Tapi tadi aku liat gak ada, kamu lupa kali ya?" Ujar Mark, ia melihat Haechan dengan tatapan bertanya.

"Mama, masih gak ada. Kakak udah cari sampe di bongkar semuanya, masih gak ketemu." Ujar Chenle ketika ia sudah kembali menghadap ke Haechan, melaporkan apa yang ia cari tak kunjung ia dapatkan juga.

Haechan akhirnya berjalan meninggalkan Mark yang masih diam di tempatnya, "kan Mama udah bilang semalem, siapin bajunya, bukunya, besok hari Senin. Gak ada yang denger, liat sekarang? Siapa yang repot? Mama juga masih." Omel Haechan di sepanjang jalan ia menuju ke kamar Chenle. Sedangkan yang kena omel hanya meringis saja, sudah biasa setiap paginya di sembur dengan kata-kata sepanjang buntut kereta.

Sesampainya mereka di kamar milik Chenle, jantung si sulung sudah pasti berdebar, ia jadi tidak yakin kalau kaos kaki yang sedang ia cari benar-benar tidak ada di sana seperti apa yang ia katakan pada Haechan. Matanya menatap kearah lemari juga tangan sang Mama yang tengah menacari, ia sampai mau pipis di setiap keadaan seperti ini, pasalnya benda yang tidak bisa ia lihat tadi tiba-tiba saja nanti sang Mama dapatkan.

"Ini apa?!"

Chenle melongo, ia menatap kearah kaos kaki yang berada di tangan Haechan juga Haechan secara bergantian.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang