° Twenty Five °

7.8K 1K 238
                                    

Haechan tersenyum bangga, ia melihat dirinya di depan cermin besar yang berada di kamar miliknya. Sudah siap akan pergi bersilahturahmi dengan guru BK tempat di mana si sulung menuntut ilmu. Ia mengambil Hao yang duduk di atas kasur, mengangkat si bungsu dengan senyum gemas yang amat kentara. Kalau Mark melihatnya, sudah di jamin suaminya itu tidak akan bisa membedakan, dua-duanya sama-sama gemas, bahkan Mark mengatakan bahwa ia terkena diabetes yang paling parah. Kenapa? Mudah saja, karena dirinya di kelilingi oleh manusia-manusia manis di hidupnya.

"Kita kerumah Oma? Mau?" Haechan mengajak Hao berbicara, Hao tentu saja menanggapinya dengan sebuah anggukan serta wajah paling menggemaskan yang dia punya.

"Okaay, let's goo!! Mama cuma pergi sebentar kok, kakak kamu tuh kayaknya akhir-akhir ini hobi banget buat masalah. Tapi gapapa, mama suka jalan-jalan soalnya." Kata Haechan pada anak bungsunya, padahal apa yang ia katakan Hao sama sekali tidak mengerti.

"Kita liat kakak kamu buat ulah apa lagi." Kekeh Haechan, ia lalu meletakkan Hao di kursi belakang, kursi khusus untuk anak-anak ketika sampai di garasi. Lalu setelahnya Haechan berjalan untuk menempati tempatnya sendiri, yaitu di kursi kemudi.

Tujuan awalnya adalah rumah kedua orang tuanya untuk menitipkan Hao sebentar saja. Setelah semuanya beres Haechan akan kembali menjemput anak bungsunya. Sebenarnya Haechan tidak tega meninggalkan Hao kembali, sebab anaknya itu sudah dirinya juga sang suami tinggal selama 2 Minggu lamanya, tapi mau bagaimana lagi, Haechan harus datang untuk menyelesaikan masalah yang Jung Chenle itu perbuat di sekolahnya. Jadi, mau tidak mau Haechan harus menitipkan putra bungsunya itu kepada kedua orang tuanya.

"Mama.." panggil Haechan ketika ia sudah sampai, tidak membutuhkan waktu lama untuk sang mama muncul di hadapannya. Ten dengan wajah ceria miliknya datang menghampiri keduanya.

"Halloo.. cucu mama manis banget sihhh!" Sudah bisa di tebak kalau Ten akan mengambil Hao dari dalam gendongan Haechan, menciumi pipi gembil yang sang anak turunkan pada cucu nya itu.

"Mau kemana kamu?" Tanya Ten, ia melihat penampilan Haechan yang sudah rapih, anak nya terlihat mau hang out bersama teman-temannya sewaktu lajang dulu.

"Ke sekolah kakak. Tadi di telepon, katanya kakak ada buat masalah."

Ten tidak bisa tak menunjukkan wajah terkejut miliknya, cucu nya itu.. bisa juga membuat masalah? Wah, Ten kira tidak bisa, sebab selama ini yang Ten tahu cucu pertamanya itu anak nya baik, tidak banyak ulah seperti Mamanya itu sewaktu muda.

"Ohh ya udah sana, hati-hati. Salamin mama sama guru BK nya ya, kalo boleh."

Haechan tertawa lalu mengangguk saja sebagai jawabannya, kemudian mama dari dua anak itu berlalu keluar, sudah hendak pergi menuju sekolah putra pertamanya. Sedangkan Ten, menebak-nebak di dalam pikirannya, ulah apa yang cucu nya itu buat sehingga Haechan di panggil ke sekolah seperti itu.

"Gak mungkin tawuran kan, dek?" Ten menggelengkan kepalanya, menyangkal pikirannya sendiri, "gak lah ya, kakak kamu tuh anak baik-baik, paling juga masalah kecil kan ya." Ten lalu menciumi kembali wajah gembil milik Hao.

Kembali pada Haechan, laki-laki manis itu saat ini sudah sampai di parkiran sekolah, yang baru ia sadari juga kalau sekolah ini milik sang suami.

"Bagus sih, gak salah beli sekolah ini. Mana udah unggulan lagi." Kata Haechan, ia lalu tersenyum simpul dan berjalan dengan percaya diri menuju ruang BK yang.. sebenarnya ia juga tidak tahu di mana letaknya.

Saat sedang fokus melihat di mana letak ruang BK, tiba-tiba tubuh Haechan terdorong ke depan, ingin marah sebenarnya ketika seseorang itu menabraknya dengan cukup keras. Parahnya seseorang yang menabraknya itu sama sekali tidak meminta maaf pada dirinya, belum apa-apa Haechan sudah dibuat emosi bukan main. Itu sih rencananya, tapi nyatanya ketika matanya melihat seseorang itu, Haechan sangat tahu betul siapa seseorang kurang ajar yang menabrak punggungnya tadi.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang