° Nine °

10.2K 1.3K 141
                                    

Alasan yang klasik sebenarnya, Jisung ini memang masih kecil, tapi siapa sangka pemikirannya sudah dewasa, memang benar kata orang, dewasa bukan dilihat dari umurnya, tapi dilihat dari segi pemikirannya.

Tapi untuk kali ini apakah masih bisa di katakan dewasa? Jisung rela mengorbankan perasaannya demi sahabatnya sendiri.

Ayden Lai.

Mungkin kalau di lihat-lihat Jisung adalah manusia paling cuek yang pernah orang-orang ketahui, bahkan Chenle sudah mengetahui itu sejak Jisung kecil dulu. Namun, kecuekan pemuda Lee itu bertambah 2x lipat sedari satu tahun yang lalu. Alasannya hanya satu, Jisung tidak mau Chenle terus-menerus menempel padanya, karena Jisung tahu Ayden menyukai sahabat sedari kecilnya itu.

----Flashback----

Awal mula bagaimana Jisung tahu Ayden menyukai Chenle yaitu pada saat mereka bermain basket bersama dilapangkan umum dekat sekolah mereka. Saat itu Jisung juga Ayden sedang duduk berdua, mata keduanya sama-sama tertuju pada sosok sahabat mereka.

"Dia bersinar banget dari sini ya, Ji?"

Jisung jelas menoleh, memasang wajah bertanya pada Ayden sendiri, siapa yang di maksud oleh Ayden ini?

"Siapa?"

"Chenle, kulit putihnya bersinar banget, dia plus sinar matahari paket yang lengkap." Ayden terkekeh, netra nya tak berhenti menatap kearah Chenle yang masih semangat menggiring bola berwarna Oren tersebut.

"Lo suka sama dia?"

Pertanyaan tiba-tiba yang langsung Jisung layangkan, mata sipitnya menatap lurus kearah Ayden yang masih terpaku pada oknum bernama Jung Chenle itu.

Cukup lama Jisung menunggu sampai pada akhirnya Ayden menoleh lalu mengangguk, "iya, gue suka sama dia." Katanya kemudian, hal yang membuat jantung Jisung berdegup lebih cepat dari biasanya. Sempat mengumpati Chenle juga kenapa pemuda Jung itu dilahirkan dengan paras rupawan, indah, cantik, dan segala definisi baik yang ada pada bocah itu.

Jisung tak lagi banyak bicara setelahnya, lebih memilih diam sembari menatapi Chenle yang berlari mengitari lapangan karena mencetak poin dengan sempurna. Menghela napas pelan, Jisung memiliki bangkit dari duduknya, berjalan menjauh dari tribun, meninggalkan Ayden yang menatapnya kebingungan.

----Flashback Off----

Sejak dari sana Jisung berjanji untuk mengalah, membiarkan Ayden mempermudah niatnya untuk mendekati Chenle, mendekati pemuda yang diam-diam ia sukai juga. Dan sejak saat itu pula Jisung merubah sifatnya menjadi begitu cuek juga ketus terhadap Chenle, berharap dengan begitu Chenle menyerah untuk mendekatinya. Namun Jisung melupakan fakta bahwa sahabatnya itu seseorang yang keras kepala, tidak mudah menyerah dan juga tidak pantang menyerah.

Bahkan Jisung rela tidak masuk ke sekolah yang sama dengan Chenle agar pemuda itu tidak terlalu bergantung dan terus bertemu dengannya, tapi nyatanya Chenle yang rela pindah kesekolah biasa agar selalu bisa bersama dengannya. Jisung bingung tentu saja, ia merasa tidak enak dengan Ayden yang mengetahui Chenle pindah ke sekolah mereka ini karena dirinya, apalagi Chenle selalu menemui Jisung ke kelas dan selalu membawakan sarapan untuknya. Bahkan Chenle selalu merengek untuk pergi dan pulang bersama dengan dirinya.

Cara terakhir tentu saja adalah cara yang ia gunakan sekarang, melayangkan kata-kata tajam nan menusuk, awalnya Jisung sudah akan menyerah, tapi ternyata semenjak ia berpacaran entah kenapa kata-kata ketus itu berhasil membuat Chenle akhirnya menyerah juga.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang