° Thirty One °

5.8K 698 14
                                    

Chenle tersenyum bangga sembari menatapi layar komputer yang berada di hadapannya. Menatap dengan tatapan puas dengan apa yang sudah ia dapatkan dari hasil belajarnya selama ini. Mengingat kata-kata Baba yang selalu menasehatinya bahwa jangan mudah puas akan apa yang sudah di dapatkan kini membuahkan hasil juga.

Chenle lulus di salah satu universitas terkenal dengan jalur undangan, suatu hal yang patut untuk di banggakan. Karena itu sekarang Chenle sudah berdiri, ingin mengabarkan bahwa dia memenuhi ekspektasi dari semua orang termasuk ekspetasi dirinya sendiri.

"MAMAAA!!!"

Haechan tersentak, menatap ke arah si sulung dengan tatapan mematikan miliknya. Bukannya apa, semua orang sudah tahu bahwa suara Chenle besarnya bukan main, jadi wajar saja Haechan bersikap demikian.

"Apa kak?"

Chenle tersenyum cerah, berjalan dengan riang menuju Haechan, sedang Mark juga Hao hanya menatap dalam diam Chenle yang berjalan menuju mereka.

"Dapet.. jalur undangan." Katanya dengan senyum yang terpatri di wajah. Yang mana membuat Haechan perlahan mengulas senyum bangga miliknya pula. Haechan mengulurkan tangannya untuk memeluk Chenle.

"Selamat ya anak Mama muachh muachh." Katanya lalu menciumi seluruh wajah Chenle dengan senang hati yang tentu saja Chenle tanggapi dengan senyum manis miliknya.

Sedang Mark, ia hanya tersenyum tipis menatap sulungnya itu. Ternyata kata-kata serta ketegasannya selama ini dalam mendidik Chenle tidak sia-sia, tapi bagi Mark semua ini bukanlah akhir dari segalanya, oleh karena itu ia membuka suara setelah sesi bahagia antara anak sulung juga istrinya itu.

"Kakak emang pantes dapetin itu, bagus ternyata omongan Baba di serap baik-baik, ya?" Mark tertawa kecil setelahnya.

Chenle lantas mendengus, "bisa mati kakak kalo omongan Baba soal pendidikan gak di serap baik-baik. Baba serem kalo soal beginian!" Katanya sambil bergidik ngeri, mulutnya mencebik, serta tubuhnya kini sudah masuk ke dalam pelukan sang Mama.

Mark terima saja kata-kata yang anaknya lontarkan, karena memang semuanya benar, "Nah sekarang kakak harus belajar lebih giat lagi biar nanti nilai Ipk nya gak turun, inget loh ini baru awalan, jangan seneng-seneng banget kamu."

Masih dengan mulut mencebik kini Chenle mendongak untuk menatap Haechan, meminta bantuan supaya Baba nya tidak terlalu serius menyangkut hal seperti ini, Chenle baru saja senang dan sekarang sudah di ingatkan untuk belajar lagi!

Haechan yang peka pun menoleh, melihat kearah suaminya yang sekarang sedang sibuk menanggapi celotehan dari si bungsu mereka.

"Kamu tuh, anak baru aja seneng, baru aja selesai belajar mati-matian malah di ingetin belajar lagi-belajar lagi. Otaknya bisa mengepul nanti!"

Mark mendongak, tak memberikan respon apapun kecuali menatap bergantian Haechan juga Chenle, setelahnya bapak dua anak itu hanya menghembuskan napas panjang miliknya.

"Yaudah siap-siap gih, kita makan diluar hitung-hitung ngerayain hebatnya kakak masuk kampus terbaik dengan jalur undangan."

Chenle serta Haechan sontak bersorak bahagia, Chenle tersenyum bahagia sambil mengecup kedua pipi Haechan sebagai tanda terimakasih. Setelahnya pemuda itu berjalan dengan riang gembira menuju kamar miliknya, tentu saja ingin bersiap-siap segera. Sedang Mark yang melihat itu menatap tak terima, kenapa Haechan saja yang mendapat ciuman seperti itu dari Chenle? Kan dirinya yang mengajak untuk makan diluar?!

Haechan yang peka kenapa Mark tiba-tiba menatap sedih kearah Chenle lantas tersenyum tipis, menciumi wajah Mark lalu tak lupa juga mendaratkan satu kecupan di bibir tipis Mark sendiri.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang