° Fourteen °

9.9K 1.3K 195
                                    

Dua hari kemudian Haechan juga Mark benar-benar merealisasikan rencana liburan mereka, tentu saja yang di restui oleh si bungsu dengan mudahnya, untuk anak sulung mereka jangan ditanya, awalnya Chenle marah-marah karena kenapa harus ikut-ikutan liburan seperti Buna juga Ayah dari Lee Jisung itu.

Tapi pada akhirnya Chenle hanya mengangguk pasrah, mungkin orangtuanya juga butuh refreshing juga.

"Hati-hati, cepet balik." Hanya itu yang Chenle ucapkan ketika mengantarkan Mark juga Haechan ke Bandara siang ini.

Haechan terkekeh, mengangguk cepat dan mencubit gemas pipi sang anak, "jangan nakal ya."

"Hmm."

"Jangan ngambek dong, nanti di bawain oleh-oleh."

Chenle melirik kearah Haechan yang kini sedang menatapnya, "jangan adik aja oleh-olehnya." Katanya to the point, ceplos sekali kalau dirinya memang tidak ingin mempunyai adik lagi setelah ini. Cukup Hao saja, dirinya tidak mau dianggap menjadi orang tua muda begitu cepat.

Haechan sendiri hanya terdiam, melirik kearah Mark yang terlihat tak acuh saja. Haechan akhirnya mengangguk dengan senyum di bibir berisi miliknya, "hehe iya, gak janji tapi sih."

"BABA?!"

Mark tersentak ketika mendengar teriakan Chenle tersebut, ia dengan segera mengangguk ketika melihat wajah tidak bersahabat sang anak yang sedang menatapnya.

"Iya kak, engga."

Chenle mengangguk, lalu setelahnya Mark dan Haechan segera berlalu karena pesawat yang mereka tumpangi akan segera take off.

Chenle menghembuskan napas panjangnya setelah melambaikan tangan kepada Haechan, berbalik dan langsung ingin pulang saja. Tapi emosinya kembali tersulut ketika mendapati pesan yang baru saja masuk di handphone miliknya.

---

Mamanya siapa?

Nanti jangan bablas sama Jisung ya, mama titip kamu ke dia loh 😉

---

Chenle baru sadar bahwa bisa saja orang tua nya juga Jisung Lee itu merencanakan semuanya. Wah benar-benar! Kenapa mama nya ini harus repot-repot menitipkan dirinya ke Jisung, apakah mama nya lupa bahwa dirinya ini lebih tua dari pemuda jangkung itu?

Dan apakah mama nya lupa bahwa dirinya ini masih mempunyai Oma atau bahkan Omi nyaa?

Waaah benar-benar! Chenle tidak habis pikir. Chenle memilih melanjutkan jalannya, tak ingin membalas sama sekali pesan sang mama. Dirinya sebal bukan main, sumpah demi kepala Daegal yang pitak karena ulah adiknya, Jung Hao.

●●●

Malam hari nya Chenle di kagetkan dengan bunyi bel yang terdengar, dirinya sedang berada di dapur untuk membuat makanan, melihat jam di handphone yang diletakkan di samping mangkuk mie miliknya yang baru saja siap sedia.

21.30

Siapa yang bertamu malam-malam begini? Batinnya bersuara.

Chenle akhirnya bergegas menuju pintu utama rumah mereka, langsung saja membuka pintu rumah bercatkan putih tersebut, sudah pasti orang yang ia kenal kan? Sebab kalau memang bukan sudah pasti satpam rumah nya ini tidak akan memberikan izin untuk seseorang itu masuk.

Saat pintu terbuka Chenle menatap datar seseorang yang berada dihadapannya, seseorang yang datang pukul setengah sepuluh malam begini.

"Ngapain lo kesini?"

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang