"Rabu nanti aku ada acara makrab, boleh ikut kan?"
Jisung menoleh, menatap Chenle dengan tatapan bertanya-tanya miliknya. Tumben sekali seorang Jung Chenle meminta izin seperti ini, biasanya h-1 barulah pemuda Jung itu berbicara pada Jisung. Jisung mengangguk, alasan apa yang membuatnya melarang Chenle? Ya tidak ada, maka dari itu Jisung mengiyakan saja.
"Acaranya malem loh."
Jisung lagi-lagi mengangguk, memangnya kenapa kalau malam?
"Kamu mau aku larang?"
Chenle menggelengkan kepala, dia kan hanya izin, siapa tahu nanti pulangnya di jemput terus punya alabi sama si Mama buat nginep di rumah Buna.
"Terus kenapa pakek izin segala gitu?"
Chenle terdiam, sontak berpikir, dia baru sadar kalau apa yang dia lakukan ini tidak seperti Chenle pada umumnya. Chenle yang biasa memang tidak seperti ini, tapi ya bagaimana ya, efek kangen karena mereka jarang bertemu mungkin? Memang sudah satu minggu lebih mereka tidak bertemu karena di sibukkan dengan kegiatan masing-masing. Chenle dengan kesibukannya sebagai maba, sedang Jisung di sibukkan dengan futsalnya.
"Ya gapapa, gak suka kalo aku apa-apa izin dulu, ya?"
Jisung jelas menggeleng, "bukan gitu, biasanya kan kamu izinnya h-1, jadi mau gak mau aku izinin lah, nah ini h-2 udah izin, minta di larang?"
"Engga, ngomong aja. Pas selesai acara jemput bisa gak?"
Jisung tak langsung menjawab, oh jadi ini alasannya. "Bisa kayaknya, jam berapa kamu selesai?"
"Ya belum tau, kan acaranya lusa."
Jisung terkekeh, bener juga pikiranya. "Yaudah nanti di usahain ya, sekarang abisin sotonya. Udah mau jam 10 ini."
Chenle mengangguk, menghabiskan soto yang tinggal tersisa beberapa suap lagi. Malam ini mereka habis jalan-jalan, biasalah malamnya anak muda, malam minggu. Malam ini mereka habiskan dengan bahagia, melakukan apapun yang membuat mereka bahagia setelah satu minggu lamanya mereka tak bersua. Membahas apa saja yang belum sempat di ceritakan di hari-hari sebelumnya.
Di sepanjang perjalan menuju rumah Chenle, Jisung banyak berpikir tentang hubungan mereka yang sudah berjalan 2 tahun lamanya, bagaimana tentang perjuangan Chenle, juga bagaimana perjuangannya. Ya, meskipun Jisung sangat tahu Chenle lebih banyak mengambil peran soal berjuang itu sendiri.
Jisung menoleh sebentar hanya untuk melihat ke arah Chenle yang sedang asik menatap keluar jendela, sedang mulutnya sibuk mengikuti alunan lagu yang mengalun dengan volume sedang. Kalau mau dikata, Jisung sangat mencintai teman masa kecilnya ini, meskipun di awal Jisung tampak jual mahal, tapi percayalah rasa cinta Chenle pada Jisung sama besarnya rasa cinta Jisung terhadap Chenle.
"Gemes banget sih." Jisung ulurkan tangan hanya untuk mencubit gemas pipi tembam milik sang kekasih. Kenapa ya ada manusia seperti kekasihnya ini? Gemasnya pol bukan main.
"Apaan sih?!" Chenle mendengus, menatap sengit kearah Jisung yang tiba-tiba mencubit pipinya itu.
Jisung sendiri hanya terkekeh, kali ini tangannya ia daratkan pada pucuk kepala Chenle, mengacak surai Chenle tak kalah gemas pula.
"Kalo nyetir mah nyetir aja, gak usah usil ganggu orang."
Kali ini hanya sebuah senyuman tipis yang Jisung berikan, tapi selanjutnya apa yang Jisung lakukan berhasil membuat wajah Chenle merah padam. Bagaimana tidak, kali ini Jisung menggenggam dengan lembut tangan Chenle, sesekali ia usap punggung tangan tersebut, bahkan Jisung melakukan hal romantis lainnya seperti mencium punggung tangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life ll JiChen
FanfictionSequel of Not Innocent ... Mimpi buruk! -bagi seorang Na Jaemin, sebab ia benar-benar akan menjadi besan seorang Jung Haechan! ... "Mama pokoknya Chenle mau nya sama Jisung." "tapi Jisung nya gak mau sama kamu Le, sadar diri dong!" "MAMAAAA!" ...