° Twenty °

8.4K 994 86
                                    

Benar saja apa yang terjadi, kini keduanya sudah berada pada barisan siswa-siswi yang tak menggunakan topi, ada juga yang tidak mengenakan dasi, dan juga ikat pinggang, intinya tidak memakai atribut yang lengkap. Jisung menjadi salah satu anak tingkat awal yang menarik perhatian, sebab pemuda itu berada di barisan paling belakang. Kenapa menjadi menarik perhatian? Hal itu di sebabkan tubuhnya yang menjulang tinggi, rambut panjang yang seharusnya tidak diperbolehkan pihak sekolah.

"Liat deh adek kelas yang di barisan sana, ganteng!!" Salah satu siswi tingkat dua berbisik pada temannya. Matanya mengarah kearah Jisung yang saat ini sedang berdiri dengan kedua tangan yang ia letakkan di belakang tubuh.

"Boyfriend material banget gak sih?" Respon siswi satunya lagi.

"Iya ihh, mana penampilannya kek bad boy gitu."

"Iya emang tipe lo banget!" Setuju si teman. Obrolan mereka berhenti sampai disana di sebabkan oleh kakak kelas PMR yang menegur mereka.

Kembali pada siswa laki-laki yang mereka bicarakan, yaitu Lee Jisung. Pemuda yang menarik perhatian siswa maupun siswi lain itu saat ini sedang menatap kearah Chenle yang berdiri di sampingnya. Pemuda itu sedikit khawatir di sebabkan Chenle maupun dirinya belum sarapan sama sekali, sedangkan matahari pagi ini cukup terik sehingga mampu membuat keringat terlihat di pelipis milik Chenle.

Tanpa banyak berkata Jisung memajukan tubuhnya, membuat dirinya berdiri sedikit di hadapan Chenle sehingga matahari tidak mengenai yang lebih tua. Chenle yang tadinya sibuk menunduk sembari mendengarkan pidato yang pembina upacara berikan sontak mendongak manakala tubuhnya tak lagi merasakan panas pagi yang menyengat wajahnya.

"Ngapain lo?" Bisik Chenle.

Jisung tak menjawab, ia hanya menunduk. Chenle yang pertanyaannya tak di jawab pun memajukan sedikit wajahnya sehingga ia bisa melihat wajah Jisung yang tengah menunduk.

"Heh, nanti lo pingsan gak lucu ya njir." Bisik Chenle lagi, sebab ia tahu betul mereka belum sempat sarapan tadi pagi, sedangkan Chenle tahu juga bahwa Jisung tidak bisa jika tidak sarapan di pagi hari. Itulah sebabnya ia selalu membawakan Jisung bekal dan menyuruhnya untuk makan pagi itu juga.

Kalau dengan Buna, jangan harap bekal tersebut akan Jisung bawa.

"Oii mundur elah!"

"Udah sih diem, gue masih bisa, lagian sebentar lagi. Diem aja, nanti malah kena tegur!" Balas Jisung pada akhirnya. Chenle pun dibuat terdiam setelahnya, ya terserahlah, masa bodoh, ia sudah mengingatkan soal Jisung yang nantinya akan pingsan. Masalahnya itu, kalau memang Jisung benar-benar pingsan Chenle tidak mau ikut andil menggotong bocah bongsor itu menuju UKS, tidak kuat, Jisung itu kelebihan tulang sekali. Jadi beratnya setara dengan mengangkat gajah beserta anak-anaknya!

5 menit kemudian Chenle kembali memajukan wajahnya, mengecek kondisi Jisung yang.. untungnya terlihat masih baik-baik saja.

"Ji.. masih kuat gak? Munduran gih, gue gapapa kena panas." Bujuk Chenle, karena jujur ia khawatir dengan pemuda yang ia sukai ini.

"Masih." Jawab Jisung, padahal nyatanya Jisung sudah menahan agar ia tidak pingsan sekarang juga.

"Bohong lu, muka lo gak bisa bohongin gue!" Ujar Chenle, "tunggu bentar lagi, udah ini doa." Lanjutnya kemudian.

2 menit setelah itu upacara hari ini pun selesai, Chenle menghela napasnya karena mereka belum di perbolehkan untuk langsung ke kelas seperti yang lainnya. Mereka yang tidak memakai atribut lengkap wajib di hukum terlebih dahulu.

"Nah kalian, bersihin halaman belakang yang deket kolam itu ya, kalo mau bersihin kolam nya sekalian."

"Yaelah Bu, apa guna nya tukang bersih-bersih di sekolah kalo masih kita-kita aja yang bersihin." Jawab salah satu siswa yang penampilannya tidak beda jauh dari Jisung.

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang