° Thirty °

7.5K 762 41
                                    

Pernah tidak sih, kalian merasa dongkol sedongkol-dongkolnya dengan seseorang? Padahal kalau di pikir-pikir apa yang orang itu tanyakan adalah sebuah pertanyaan yang.. biasa saja.

Seperti Chenle saat ini, ia tengah merasa dongkol setengah mati dengan Jisung sebab pemuda yang satu tahun lebih muda darinya itu tiba-tiba melayangkan pertanyaan yang berhasil membuat Chenle benar-benar kesal sekarang.

'Le, gimana kalo hubungan kita nanti gak awet? Gimana kalo nanti kita di takdirkan cuma buat jadi sahabat aja?'

Sebenarnya hanya pertanyaan simple kan? Tapi entah kenapa Chenle rasanya dongkol setengah mati, tolong! Mereka baru saja resmi menjadi sepasang kekasih lusa! Lusaa! Dan Jisung sudah berani-beraninya memikirkan tentang hal itu.

"Kok lo ngomongnya gitu sih, Ji? Lo gak mau nikah sama gue apa?"

Jisung terkekeh mendengarnya, ia menepuk pelan kening Chenle sebab gemas. "Mikirnya jauh banget, masih lama juga."

"Nahh! Itu tau masih lama kenapa kok bahas ke sana, sih?" Dengus Chenle, cucu pertama keluarga Jung itu sudah menekuk wajahnya karena topik yang Jisung bawa.

"Kan cuma nanya, gini loh.. gue mau tau tentang pendapat lo aja, gak ada salahnya ngobrolin hal-hal kayak gini kan?"

Chenle menoleh, menatap Jisung leka-lekat. Di kepalanya sedang terlintas sebuah pertanyaan tentang 'siapa yang sebenarnya lebih tua di antara mereka?'

Jisung, seorang bocah laki-laki yang usia nya baru menginjak angka 15 tahun, seorang pemuda yang pemikirannya dewasa di bandingkan Chenle sendiri. Meskipun di berbagai hal Jisung terlihat polos dan seperti bayi, tapi Chenle akui soal pemikiran bocah itu bisa lebih dewasa dari anak-anak seumurannya.

"Ya sebisa mungkin di jaga biar awet lah."

Jisung mengangguk, "Kunci dari hubungan yang awet itu.. gimana menurut lo?"

"Saling percaya sih. Soalnya kata Mama gue gitu, mau selama apapun hubungan kalo masing-masing dari kita gak saling percaya ya percuma. Yang ada nething terus gara-gara itu malah jadi gak awet deh. "

Jisung lagi-lagi mengangguk, "Kalo gitu, mulai dari sekarang kita harus saling percaya satu sama lain, ya Le?"

Chenle tak langsung menjawab, ia diam sejenak sebelum akhirnya membuka suara. Dan "Iya." Adalah jawaban yang Chenle berikan.

"Gue tau, mungkin hubungan kita ini masih abal-abal-" Jisung menjeda perkataannya, menatap ke arah Chenle yang masih diam memperhatikan dengan dagu yang tertopang di punggung tangannya.

-masih di anggap kayak cinta nya anak remaja yang tau nya main-main aja, yaa cinta monyet lah masih bisa di bilang. Gue gak tau gimana jalannya hubungan kita kedepannya nanti. Yang pasti kita jalanin aja dulu, kalo emang jodoh gak akan kemana ya kan? Kalo nanti kita putus juga,- yang gue harapkan gak akan pernah terjadi."

"Bener apa yang Mama bilang, biar awet hubungan itu harus saling percaya. Buna juga bilangnya begitu, nah kedepannya nanti gue mau kita saling percaya satu sama lainnya. Terus, nanti kalo di antara kita ada yang buat salah langsung aja bilang, jangan di simpan takutnya malah jadi dongkol."

"Satu lagi, kalo suatu saat nanti lo udah bosen, bilang.. oke? Gapapa istirahat dulu sama hubungannya, tapi jangan sampe di putus. Kalo bosennya udah hilang kita ngobrol sama-sama udahnya."

Jisung tersenyum, lalu menggusak pucuk kepala Chenle, "gimana?" Tanyanya, ingin mengetahui respon apa yang Chenle berikan pada kata-kata panjang dan lebar miliknya.

Chenle hanya mengangguk, ia tidak tahu harus berkata bagaimana lagi. Sebab apa yang Jisung katakan tidak pernah terpikir di kepalanya.

"Ji, Lo tau kan gue sayang banget sama lo? Dari duluu."

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang