° Fifteen °

9.1K 1.1K 141
                                    

Sebelumnya Jee mau minta maaf karena udah lama banget gak update Our Life..

Sekarang selamat membaca!!

.
.

Di balik selimut tebal miliknya Chenle menghembuskan napasnya kasar, dirinya sedang merasa kesal, teramat malah.  Sebab rencananya untuk pergi bersama dengan Ayden harus dibatalkan karena dirinya mendadak pusing kepala dan demam.

Ah, ngomong-ngomong tentang Ayden, Chenle sedang mencoba membuka hati untuk pemuda pemilik marga Lai tersebut.  Tidak ada salahnya dalam mencoba bukan? Mereka juga sudah membuat kesepakatan yang- memang menurut  Chenle berat sebelah, sebab jika memang Chenle tidak bisa bersama dengan Ayden, Ayden akan bersikap biasa saja dan tetap menjadi Ayden yang Chenle kenal.

Chenle akui dirinya memang keterlaluan, kata orang cinta itu datang karena terbiasa, maka Chenle akan berusaha menerapkannya, siapa tahu kan karena terbiasa bersama Ayden, cinta yang ada untuk Jisung akan berpindah kepada Ayden nantinya.  Toh, mungkin saja cinta yang ada untuk Jisung karena dirinya terbiasa bersama Jisung sedari kecil juga.  Siapa yang tahu bukan?

"Kebiasaan suka tiba-tiba sakit, tsk kenapa sih?" Tanyanya sendiri, Chenle membuka selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, AC di kamarnya pun sudah dimatikan, seluruh tubuhnya menggigil.  Pemuda berkulit pucat yang di wariskan oleh ayahnya itu melirik jam yang menunjukkan pukul 6 sore, sudah petang rupanya.

"Telpon Omi aja apa ya? Apa Oma?" Ujarnya dengan lemah, matanya sakit hanya untuk sekedar menoleh saja.

"Yaudah deh, Opa aja." Lalu setelahnya Chenle menelpon ayah dari ibu nya untuk memberikan kabar bahwa dirinya tengah terserang demam tinggi.

Cukup lama panggilan tersebut tersambung sampai akhirnya suara yang amat ia kenal terdengar di sebrang sana.

"Opa, Lele sakit."

"Sakit? Sakit apa, Le? Lele dirumah sekarang?"

"Demam, tolong kasih tau Oma yaa Opa, badan Lele udah gak enak banget."

"Iyaa sayang, tunggu sebentar ya, Oma sama Opa lagi otw ke rumah."

Chenle hanya mengatakan 'iya' sebagai jawabannya lalu tak lama panggilan singkat tersebut terputus karena Chenle sudah tidak kuat lagi. Ngomong-ngomong di rumah dia hanya sendirian, sedangkan Jisung sendiri pergi bersama dengan kekasihnya, bilangnya sih belajar bersama tapi bisa jadi atau lebih tepatnya mungkin adalah Study date.

Terserahlah Chenle tidak memperdulikan tentang hal itu, yang ada hanya kepalanya yang teramat sakit sekarang.

Sedangkan ditempat lain, Haechan bersama Mark yang saat ini sedang berpelukan sembari menonton film di TV besar dihadapan mereka pun terperanjat ketika mendengar nada dering nyaring yang berasal dari handphone milik Haechan. Laki-laki manis itu pun menoleh, sontak mengambil handphonenya yang terletak di samping kiri tubuhnya.

"Mama."

"Angkat aja."

"Ya emang mau di angkat, masa mau di diemin sih."

Mark tertawa mendengar jawaban tersebut, lantas mencubit pipi sang istri yang wajahnya berubah menjadi serius.

"Hallo Ma-

-HOIII! JUNG HAECHAN!"

Haechan sontak meringis, gendang telinganya serasa akan rusak sekarang juga.

"Apa sih mah? Gak bisa santai aja apa? Udah kayak bekantan belakang rumah aja suka teriak-teriak."

"KURANG AJAR KAMU SAMA-SAMAIN MAMA SENDIRI SAMA BEKANTAN, BERARTI KAMU JUGA ANAK BEKANTAN."

Our Life ll JiChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang