16. kunjungan mama papa

8.1K 648 33
                                    

Sudah direvisi.

Tapi mungkin masih ada typo yang ketinggalan.

Tolong sekalian dibudayakan meng-vote serta komen agar aku semakin semangat mengetik.

Happy Reading📖

***

Raynar terus memandang Alana dari kejauhan. Tangannya mengepal memandang tidak suka interaksi Alana dengan seorang laki-laki di depan Alana.

Rasa panas di hatinya semakin terbakar saat melihat Alana tertawa karena lelucon kecil yang laki-laki itu lontarkan.

Menggertak kan giginya, matanya memandang tajam punggung laki-laki itu.

Seharusnya dia yang ada diposisi laki-laki itu, dia yang harusnya membuat Alana tertawa lepas seperti itu, bukan laki-laki jelek itu!!

Raynar memalingkan wajahnya saat tatapan mata Alana tidak sengaja memergokinya.

Alana yang sedang tertawa dan mengobrol dengan Galang Arvizan, sepupunya, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang dicintainya sedang memandang dirinya dengan tatapan yang sulit Alana artikan.

Galang melambaikan tangannya di depan wajah imut Alana. Alana yang tersadar kemudian memandang Galang dengan mengangkat alisnya bertanya.

"Kenapa sih?" Tanya Galang. Sebab tadi dia melihat tiba-tiba Alana melamun entah karena apa.

Alana menggeleng. "Ga ada, udah ah yuk pulang."

Galang mengangguk saja toh sudah dari tadi mereka ada di sini.

Raynar memandang dingin kepergian mereka. "Lo cuma milik gua Alana, bukan milik orang lain." Gumamnya dengan senyum miring.

***

"Lepas ih, jangan meluk meluk gini anjir!" Kesal Vira. Sedari tadi Willy terus saja memeluk dan menempel padanya kemana-mana seperti lem.

Dia terus menyuruh Willy melepaskan pelukannya dan pergi darinya. Tapi Willy dengan keras menggeleng.

Sebenarnya ada apa dengan cowok ini? Apakah kepalanya terbentur sesuatu atau memang dia kesurupan arwah penempel?

Willy Menggeleng. Mengeratkan pelukannya membuat Vira sesak. Astaga dia tidak bisa bernafas kalau seperti ini terus.

"Astagfirullah Wil, lepas bisa nggak, sesek ini goblok!" Sebal Vira. Willy mengendurkan pelukannya tapi tidak dia lepaskan. Ia terlalu nyaman untuk melepaskan begitu saja pelukan ini.

Vira memegang kepalanya. Biarin saja dulu. Tunggu saja kalau laki-laki ini tidur, pasti dia akan langsung membunuhnya.

Tolong ingatkan kalau dia lupa.

Keadaan Willy memang sudah sedikit mendingan, tapi biasanya kepalanya akan tiba-tiba pusing. Tuh udah disuruh istirahat tidur aja malah tidak mau, huh.

Tok tok tok

Vira menengok ke pintu. Berjalan dengan susah payah karena bayi besar yang terus saja memeluknya tanpa mau melepaskan.

Vira membuka pintu, pandangan pertama yang dia lihat adalah mama Mia dan papa Rio, orang tuanya.

Vira tersenyum, mempersiapkan kedua paruh baya itu untuk masuk.

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang