55. Melepaskan

2.6K 206 34
                                    

Sudah direvisi!

'Ku kira kehadiran Febuari akan memberiku tawa, ternyata luka yang tidak pernah aku sangka,'
–Callista Caron–

***

Bahu Callista bergetar. Dia menangis terisak menutupi wajahnya dengan tangan. Vira yang duduk didepannya berdiri dan berjalan mendekat, mendekap erat bahu Callista.

Dia mengelus puncak rambut Callista disertai kata penenang. Tangan Callista yang semula menutupi wajah, beralih memeluk pinggang Vira erat.

Dia kembali menangis membuat jaket Vira basah. "Udah. Ini demi kebaikan kamu Ista."

Willy yang melihatnya memalingkan wajah. Mereka sekarang berada di kafe yang cukup terkenal di Jakarta barat. Kemarin saat Vira memilih dirinya, dia memeluk Vira begitu erat seraya mengecup pipi gadis itu dengan terus mengucapkan terimakasih karena memberinya kesempatan satu kali lagi.

Vira juga berkata ingin membicarakan ini dengan Callista. Jadi disinilah sekarang, setelah Vira mengatakan niatnya dengan berat hati.

Callista menunduk menangis. Membuat Vira memeluk pundak gadis itu yang terlihat rapuh.

"Hei!" Vira menangkap wajah Callista. Dia membelai pelan kening gadis itu, seraya tersenyum tipis.

"Ini untuk kebaikan kita semua. Aku nggak mau kamu semakin tersakiti. Kamu harus cari pasangan yang sesungguhnya Callista. Cukup aku menggantung dirimu."

Dengan suara serak, Callista bertanya, "Menggantung apa?,"

"Menggantung perasaanmu." Jawab Vira terkekeh. Dia kembali duduk disamping Willy.

Callista menghapus air mata yang berada dipipinya. Gadis itu terkekeh kecil, mata yang sedikit sembap menatap dua orang yang duduk didepannya.

"Ini mungkin sulit. Harus melepaskan orang yang paling dicintai dan yang selalu membuatnya tersenyum bahagia hingga melupakan masalah yang ada.... Tapi aku tau, kamu memang bukan jodoh aku, karena kita emang gak ditakdirkan untuk bersama. Melepaskan dengan bibir tersenyum tapi hati membiru menangis."

Callista berdiri dari duduknya. Dia mengambil tasnya, tersenyum kepada dua pasutri itu. "Aku ikhlas Vira. Makasih udah buat aku merasakan kebahagian walaupun hanya sesaat."

"Dan buat kamu––" Callista beralih menepuk pundak Willy. "––aku titip Vira."

Willy mengangguk mantap. "Tanpa lo suruh, gue pasti bakal jagain Vira dengan nyawa gue."

Callista tertawa. Dia mengangguk, dan berjalan keluar kafe dengan tenang. Tapi saat sudah jauh dari kafe, raut wajah yang tadi tenang berubah menyendu.

Gadis itu berjalan gontai, duduk dikursi taman. Tangannya meraup wajah yang terlihat memerah menahan tangis.

"Secepat ini selesai. Dan secepatnya juga, akan terjadi."

***

Callista membanting tubuhnya ke kasur. dia membenamkan wajahnya kebantal. Suara isakan kembali terdengar dikamar berwarna biru.

"hiks...kenapa harus seperti ini." ucap Callista terisak. Tangannya memukul-mukul kasur.

"Jika kamu bukan takdirku, lantas mengapa tuhan menciptakan perasaan sebesar ini padamu?,"

Callista menyingkirkan bantal yang menutup wajahnya. Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Membasuh wajah dengan air mengalir. Gadis itu menatap pantulan wajahnya dicermin. Mata yang sembab menatap sendu cermin.

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang