54. Keputusan

1.9K 190 36
                                    

Sudah direvisi!

"apa yang harus gue pilih?,"

"Kenapa gue jadi plin-plan gini."

"Gue cinta sama Callista, tapi gue gak bisa lepasin Willy."

"Gue tau gue brengsek."

"Tapi gue juga nggak mau kayak gini."

Vira terus saja mengoceh, membuat orang yang berlalu lalang menatap kasian pada Vira yang mereka kira adalah seorang gelandang.

Bagaimana tidak, pakaiannya saja sudah kusut. Rambut yang awut-awutan karena dia jambak-jambak. Juga dengan sudut bibir yang robek karena tadi ia tampar begitu keras.

Siapa yang akan mengira kalau penampilan nya sekarang karena sedang stress tentang masalah rumah tangga.

Vira kembali mengacak-acak rambutnya. Dia duduk dikursi taman sore ini. Taman terlihat sedikit ramai.

Sampai suara wanita membuat Vira mengangkat kepalanya yang berdenyut pening.

"Mbak, mbak kenapa? Mbak laper?" Tanya wanita yang berdiri didepannya dengan sebuah kresek hitam ditangannya.

"Nggak!" Jawabannya sedikit ketus. Dia duduk menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Wanita itu ber oh ria. Dia pamit dan berjalan pergi meninggalkan Vira, menuju seorang pria yang sedang bermain dengan seorang bocah yang Vira yakini adalah suami dan anak dari wanita itu.

Vira terus memperhatikan mereka. Sesekali terkekeh saat melihat perdebatan bocah itu dengan sang ayah.

Tiba-tiba terlintas di pikiran Vira bahwa mereka adalah Willy dan anaknya? Cepat-cepat Vira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa yang gue pikirin." Gumam Vira mencengkram kuat tangannya.

Merasakan ada yang duduk disampingnya, Vira menoleh. Dia mengerutkan kening saat melihat seorang wanita sekitar berusia 30 tahunan tersenyum padanya.

Senyum yang entah mengapa membuat dirinya sedikit tenang. Wanita itu menurunkan kacamata hitam yang dia pakai.

Mata hazel yang mempesona menatap Vira teduh. Tangannya terulur menyelipkan anak rambut yang sedikit menutupi mata Vira.

"Kamu kenapa?" Tanyanya duduk menghadap Vira.

Vira mengalihkan pandangannya. Tidak mau menjawab. Karena masalah yang sedang ia pikirkan adalah masalah pribadinya, mana mungkin ia memberitahunya kepada orang asing.

Wanita itu terkekeh. Kekehanya terlihat sangat anggun. "Masalah mu memang sedikit berat. Harus mencintai orang lain padahal sudah memiliki suami."

Tubuh Vira terlihat tersentak. Dia menatap wanita itu tanpa bisa mengontrol wajah terkejutnya.

"K-kau?" Ucap Vira gugup. Bagaimana dia tau? Apa dia cenayang? Tapi mungkin saja.

Kembali terkekeh. Dia duduk menyilang. Sudut bibirnya terangkat, menyeringai. "Aku tidak sengaja mendengar gumaman mu tadi." Balasnya mengibaskan tangan.

"Harus memilih antara orang yang dicintai atau suami bukan?" Vira terlihat enggan untuk menjawab.

"Keduanya pasti sama-sama mencintaimu. Kamu bingung harus memilih siapa diantara mereka. Kamu mencintai pacarmu, tapi disisi lain, kamu juga menyayangi suamimu."

Vira menggeleng kuat. "Aku tidak menyayanginya!" Bantah Vira keras. Dia tidak sayang dengan Willy. Apa-apaan wanita ini berbicara ngawur.

"Kamu menyayanginya. Hanya saja kamu selalu menepis perasaan itu. Hei! Cobalah terbuka dengan dirimu sendiri, jangan berbohong pada perasaanmu. Disini, yang tersakiti adalah kalian bertiga. Aku tau kamu begitu mencintai Callista, tapi kamu jangan egois."

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang