39. Peringatan dari Romi

1.5K 155 18
                                    

Sudah direvisi.

Tolong dibudayakan meng-vote serta komen agar aku semakin semangat mengetik.

Happy reading

'Terkadang kita itu seperti buku, jika ada yang lebih menarik kenapa harus membaca,'
-Indriana Shakayla.

***

Willy membaringkan tubuh Vira di brangkar UKS. Cowok itu menarik kursi dan mendudukinya. Matanya menyusuri wajah cantik Vira.

Tangannya menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Vira. "Kamu kenapa sebenarnya?" gumam Willy pelan. Bukan 1, 2 kali dia melihat Vira yang selalu kesakitan dan berakhir pingsan.

Dia khawatir tentu saja. Siapa yang tidak khawatir melihat orang yang kalian jaga selalu pingsan berulang-ulang.

"Kamu nyembuyiin apa lagi dari ku?" tanya Willy menunduk. Tangannya memegang sebelah tangan Vira yang terasa sangat dingin.

Willy mengusap-usap tangan Vira mencoba memberikan kehangatan untuk Vira. Mengecup punggung tangan Vira lembut.

Laki-laki itu terus mengusap-usap tangan Vira.

"Enghh.." Vira melenguh. Dia mengerjakan matanya.

"Sayang udah bangun? Ada yang sakit nggak? Mana yang sakit? Kepala kamu pusing? Mau aku pijitin? Kenapa kamu bisa sampai pingsan? Udah mendingan belum? Mau makan nggak?"

Vira menatap Willy datar. Baru juga sadar dari pingsan, ehh sudah ditanyain ini itu. Huh!

"Pusing."

Dengan sigap. Willy memijat pelipis Vira pelan. Vira memejamkan matanya menikmati. Kalau boleh jujur nih ya, Pijat Willy sangat enak.

"Emm.."

Willy memperhatikan Vira masih dengan memijat pelipis Vira. "Lapar nggak?" Tanya Willy perhatian.

"Hemm. Beliin nasi goreng sama susu coklat dingin." Ujar Vira. Dia menurunkan tangan Willy.

Willy mengangguk. "Ya udah. Aku beliin itu dulu. Kamu jangan kemana-mana, disini aja." Peringat Willy. Sebelum keluar, dia mengacak-acak puncak kepala Vira.

Sekarang di uks hanya ada Vira. Gadis itu terlihat kembali berbaring dengan meletakkan tangan di atas kepala.

Cklek

Vira menghiraukan. Paling itu Zara dengan Alana, jadi dia mengabaikan saja.

"Valenia," panggil orang itu. Segera, Vira membuka mata menatap orang yang memanggil nama aslinya.

Gadis itu menatap dingin laki-laki di depannya. Vira duduk, dia menopang dagu menatap laki-laki itu dengan satu alis terangkat.

"Wah, sebuah kehormatan anda menjumpai saya Romi." Ucap Vira tersenyum sinis. Romi hanya diam.

Tanpa mendengarkan ucapan Vira, laki-laki itu duduk di kursi yang tadi Willy duduki.

Vira mengerutkan keningnya. "Ada apa?" Delik Vira tak suka.

"Jangan sampai ada rasa dengan laki-laki." Ujar Romi tiba-tiba. Vira semakin bingung.

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang