27. Jalanan ibukota

2.3K 229 36
                                    

Sudah direvisi.

Tolong dibudayakan meng-vote serta komen agar aku semakin semangat mengetik.

Happy reading 📖

'teruslah berbuat baik, hingga orang pun bingung bagaimana cara untuk membenci mu'
-indriana Shakayla

***

Jalanan ibukota Jakarta sekarang terlihat sangat ramai. Setiap jalan penuh dengan kendaraan berlalu lalang.

Saat ini Vira sedang berjalan di trotoar dengan tampang datar andalannya. Memasukkan kedua tangannya di saku Hoodie yang dia kenakan.

Vira menghentikan langkahnya di depan penjual gado-gado. Makan khas kota Jakarta.

"Pak pesan satu," Ujar Vira kepada penjual gado-gado. Penjual itu mengangguk.

"Siap neng, di tunggu ya."

Vira mendudukkan dirinya di kursi yang tidak jauh dari tukang gado-gado. Vira memandang sekitar. Dia kembali teringat dengan tunangannya. Sedang apa ya dia? Apa Callisha sedih karena kehilangan nya. Dan kenapa dia selalu bertanya seperti itu terus di dalam benaknya.

Callisha, gadis itu sangat menyukai pemandangan jalan. Entah apa yang membuat gadis itu sangat menyukai kendaraan yang berlalu lalang.

Padahal itu sangat tidak bagus karena polusi asap kendaraan yang bisa membuat orang sesak nafas.

"Vira!?" Teriakan seseorang membuatnya menatap orang itu tanpa minat.

Vira menatap datar dua gadis didepannya. Salah satu dari gadis itu menatap dirinya dengan senyum lebar sedangkan yang satunya menatap dia dengan ekspresi santai.

Vira menaikkan salah satu alisnya bermaksud bertanya. Mengapa dua gadis ini ada disini? Pikirannya.

Yeni duduk di samping Vira tanpa melunturkan senyum nya. Dia menatap Vira berbinar seperti menemukan sebuah berlian yang berharga.

"Wah ngapain disini!?" Ucap Yeni dengan binar dimatanya.

"Gado-gado," Jawab Vira singkat. Sangking singkat nya sampai Yeni dan Irma tidak mengerti.

"Hah?" Lola Yeni. Matanya berkedip bingung. Saat Irma akan bertanya, pria paruh baya yang membawa pesanan Vira datang.

"Ini neng gado-gado nya." Penjual itu menyerahkan satu porsi gado-gado kepada Vira.

Vira mengangguk. Kemudian penjual itu pergi membuat gado-gado untuk pembeli yang lain.

"Oh, gitu. Bilang yang bener kek. Kan biar nggak bingung." Terang Yeni menatap Vira yang sudah menyantap gado-gado nya tanpa memperdulikan mereka.

Yeni cemberut. Menghembuskan nafas panjang, matanya menatap Irma yang duduk di sampingnya.

Sebuah ide masuk ke otak kecilnya. Dia menatap Irma dengan senyum penuh arti. Irma yang melihatnya tanpa sadar merasakan firasat buruk.

"Ada apa?" Ucap Irma pada akhirnya. Dia bergidik ngeri karena tatapan Yeni yang seperti ingin memakainya hidup-hidup.

Yeni terkekeh kecil. "Beliin gado-gado pakek uang lo," kata Yeni dengan cengiran. Irma mendengus. Selalu saja!

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang