31. Terbongkar

3.2K 238 34
                                    

Sudah direvisi.

Tolong dibudayakan meng-vote serta komen agar aku semakin semangat mengetik.

Happy reading ❤️

'Sakit hati paling menyakitkan adalah saat kita hanya dimanfaatkan atau dibohongi oleh orang yang kita cintai,'
-Willy Afrizaldi.

'Menaruh harapan pada seseorang adalah seni sederhana untuk menderita,'
-Savira Zainova.

***

Disebuah ruangan bernuansa hijau abu-abu, terlihat seorang gadis sedang memutar-mutar Cutter di tangannya dengan pandangan mata tajam.

Gadis itu tertawa lepas, dia mengangkat Cutter itu dan melemparnya ke patung yang memiliki wajah serupa dengan musuhnya.

Dia berjalan menuju patung itu. Mencabut Cutter dan tersenyum sinis.

"Gue pastiin, lo hancur Vira." Geramnya penuh tekad.

Dia semakin menusuk-nusuk patung itu hingga tidak berbentuk. Membuang Cutter asal.

Gadis itu merogoh kantong celana dan mengeluarkan ponsel, menghubungi seseorang.

"...."

"Sayang!" Ucap gadis itu merengek.

"...."

"Aku mau minta sesuatu,"

"...."

"Tapi turutin ya?" Ujar gadis itu penuh harap.

"...."

"Ah, bisa aja kamu... Aku mau kamu lakukan sesuatu pada seseorang."

"...."

"Savira Zainova. Orang yang di sukai sama Willy." Kata gadis itu bertopang dagu.

"...."

"Serius aku! Aku nggak bohong. Kan lumayan juga buat kamu."

"...."

"Ok. Bener ya."

"...."

"Ya udah. Bye! Sayang." gadis itu menutup telepon nya. Dia tersenyum miring menatap patung tadi.

"Gue pastiin lo hancur," gumam Jessy. Kemudian dia kembali tertawa lepas seperti psikopat.

***

Kepalanya celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada orang yang melihatnya masuk nanti.

Setelah merasa aman, Willy masuk dengan mengendap-endap ke kamar Vira seperti pencuri. Willy menutup pintu pelan dan menguncinya dari dalam.

Bernafas lega karena berhasil. Willy berjalan menuju ranjang besar Vira dan merebahkan tubuhnya di sana.

Disini, dia berencana mencari kertas perjanjian itu dan membakarnya agar perjanjian itu selesai dan dia dengan bebas bisa memeluk dan menempel pada Vira tanpa ancaman akan dilaporkan kepada pihak polisi, mungkin?

Melihat-lihat sekeliling, kamar ini tidak terlalu banyak yang di isi. Hanya ada lemari besar dengan laci yang sangat banyak. Ranjang besar di tengah. Satu sofa panjang dengan meja kecil di depannya. Dua nakas kiri-kanan. Satu kamar toilet dan TV besar yang menempel dinding.

"Kenapa nggak ada tempat rias?" Tanya Willy entah pada siapa. Willy mengangkat bahu.

"Nanti lh aku beliin.."

 Savira Valenia [END] Sudah DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang