3. SLB

632 73 25
                                    

Jungwon dan Win turun di sekolah spesial, yaitu Sekolah Luar Biasa atau biasa disebut SLB. Iya, di sinilah Jungwon sekolah, orang tuanya memilihnya untuk disekolahkan di sini dari pada di sekolah umum.

Alasannya hanya satu, mereka takut jika nanti anaknya dibully di sekolah umum. Ingin home schooling tapi orang tuanya merasa itu kurang bagus, takut jika Jungwon nanti tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.

Jadilah Jungwon masuk ke sini, selain karena dia cacat, orang tuanya memasukkannya ke sini agar dia tidak lemah dalam bersosialisasi. Bukan hanya itu, supaya Jungwon tidak merasa malu dengan kondisinya, karena orang di sini juga memiliki kekurangan.

Jungwon turun dibantu mereka berdua, dia ingin melambaikan tangannya tapi heran saat Win ikut berdiri di sampingnya.

"Paman jangan lupa jeput kita nanti ya," kata Win. Sang Supir menganggukkan kepalanya dan pergi dari sana.

"Kamu sekolah di sini juga?" tanya Jungwon.

Win mengangguk dan mulai mendorong kursi roda Jungwon. Jungwon ingin menolak, tapi dia merasa tidak enak, dia pun membiarkan Win mendorong kursi rodanya.

"Iya, kenapa emangnya? Aneh ya?"

Jungwon gelagapan, dia takut jika nanti Win akan tersinggung dan dia kehilangan temannya. Tidak lucu jika baru pertama kali berkenalan, tiba-tiba saja terpisah.

"Enggak kok, cuman kalo Wonie liat kamu ga ada cacat sama sekali, bada sama Wonie. Makanya Wonie nanya," jelas Jungwon. Dari tadi dia menelisik tubuh Win, tapi dia sama sekali tidak menemukan apapun.

Jungwon agak tidak menyangka jika dia dan Win ternyata satu sekolah, selama inj dia tidak pernah melihat Win atau dia yang kurang bersosialisasi? Sepertinya opsi ke-dua adalah jawabannya.

"Ada, ini telinga aku," ujar Win dan menunjukkan telinganya. Di telinganya terdapat alat bantu pendengar, Jungwon menganggukkan kepalanya. Dia paham sekarang.

"Tapi kan kamu punya alat bantu pendengar, kenapa masuk ke sini?"

Win yang mendengar itu sontak melunturkan senyumnya. Semua kenangan itu kembali berputar di kepalanya dengan baik, kala di mana dia harus menahan cacian dan makian dari mereka semua, hanya karena satu dia tuli.

"Eh eh maaf ya kalau Wonie lancang, Wonie ga ada niat buat kamu sedih kok," kata Jungwon. Dia merasa tidak enak karena membuat Win melunturkan senyumnya secara tiba-tiba.

"Enggak kok, ga usah minta maaf. Bukan salah kamu juga," ucap Win lembut.

Saat mereka sedang berjalan di halaman, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Win. Win berbalik dan terkejut saat temannya menyapanya.

"Eh Dohyon, kamu kapan sampenya?"

"Baru aja, kamu ada temen baru ya?" tanya Dohyon. Dohyon itu bisu, dia berbicara menggunakan bahasa isyarat. Beruntung Win mengerti dengan itu semua, sehingga dia tidak perlu repot mengeja.

"Iya ini temen baru, tadi ketemuan di jalan. Mau kenalan?" Dohyon mengangguk semangat, dia berjalan ke depan Jungwon, melambaikan tangannya dan tersenyum senang.

"Won kenalin ini temen aku namanya Dohyon, maaf ya dia ga bisa bicara, soalnya dia bisu," jelas Win. Jungwon mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Dohyon.

"Hai Dohyon aku Jungwon," ujar Jungwon.

"Hai Jungwon aku Dohyon, kamu sekarang temen aku ya."

Jungwon hanya mengernyitkan keningnya, merasa bingung saat Dohyon berbicara dengan bahasa isyarat. Dia menoleh ke arah Win dan meminta penjelasan, sedangkan Dohyon tersenyum maklum melihat itu.

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang