25. Keributan besar.

280 52 20
                                    

"Tidur nyenyak dan semoga ga bangun lagi adik manisku," ucap Sunghoon. Ibunya ke luar sebentar karena ingin mengangkat telepon sekaligus mencari suaminya.

"Dramanya udah dimulai loh, ga mau nyerah sebelum merasa kesiksa?"

Di balik selimutnya Jungwon berdecih mendengar itu, dia bangkit dan duduk di atas kasurnya. Tirai pembatas kini terbuka dan menampakkan Sunghoon yang terbaring santai.

"Ngapain takut? Orang Wonie udah disiksa duluan sama bang Sunghoon, ahh ... apa bang Sunghoon lupa sama kelakuan sendiri?" Jungwon membalas Sunghoon dengan senyuman mengejek.

Sedangkan Sunghoon dia menggelengkan kepalanya dan terkekeh, ternyata adiknya sudah mulai melawan. Apakah cerita dan permainan yang dibuatnya akan berakhir secepat ini?

"Enggaklah, gue ga bakal lupa gimana nikmatnya ngemukul elo dan ngesiksa diri lo sampe lo hampir meninggal, andai aja sekarang mama sama papa ga pulang ... ga yakin gue mereka masih ngeliat beban keluarga mereka ini," cerca Sunghoon.

Sunghoon mengambil satu buah apel dan memakannya, mengabaikan Jungwon yang menatapnya datar. Jujur saja melihat Jungwon seperti ini membuatnya lebih tertantang dari pada melihat Jungwon orang yang lemah.

"Beban keluarga? Maksudnya diri abang sendiri?" Kunyahan Sunghoon sontak terhenti mendengar penuturan Jungwon, apa tadi katanya? Dia beban keluarga?

"Enggak Jungwon gue ga beban keluarga karena ga ada yang namanya beban keluarga yang nyusahin keluarganya sendiri."

"Gue ga kayak lo, gue bisa ngelakuin apa yang gue mau sendirian tanpa bantuan orang lain," ucap Sunghoon dengan penuh penekanan.

Jungwon memiringkan kepalanya dan menatap Sunghoon yang meremas apelnya kuat, seperti inikah rasanya menjadi pemberani? Astaga Jungwon jadi bangga dengan diri sendiri.

"Beban keluarga bukan cuman tentang apa yang abang omongin, karena sejatinya bang Sunghoon juga beban keluarga."

"Sikap abang yang ga baik itu juga termasuk beban buat mama sama papa, iya beban ... karena bang Sunghoon kayak anak yang kurang ajar, seharusnya yang dibilang papa anak kurang ajar itu bang Sunghoon bukan Wonie," sindir Jungwon.

Sunghoon yang emosi begitu juga dengan Jungwon, mereka sama-sama mengumpulkan emosi di ujung kepala dan siap meledak kapan saja jika tidak diredakan dengan cepat.

Namun apa yang terjadi, Jungwon merasa tertarik ke lantai dan pipinya ditampar begitu kuat. Rasanya sakit sampai membuatnya harus memegang pipinya yang ditampar.

"ANAK KURANG AJAR!" Goheun datang dan meninju hidung Jungwon, hidung anak itu berdarah dan badannya setengah terbaring ke atas brankar.

Kakinya yang tidak bisa menopang tubuhnya membuat Jungwon kembali jatuh ke lantai, Jungwon mengusap darah yang menetes dari hidungnya dan menatap ayahnya.

Sunghoon ikut terkejut tapi kali ini dia tidak menolong, dia hanya menonton sambil bersedih yang dibuat-buat.

"Papa jangan apa-apain Jungwon, Hoonie mohon Pa. Dia ga bisa berdiri, nanti badannya makin sakit."

Sunghoon memohon di tempatnya tapi tidak dipedulikan oleh Goheun. Jungwon merasa muak mendengar itu, dia mengesot ke arah Sunghoon kemudian setengah jongkok dan menarik kaki Sunghoon dengan kuat.

"HENTIKAN SANDIWARAMU PARK SUNGHOON!" teriak Jungwon. Sunghoon panik, dia tidak ingin sandiwaranya terbuka secepat ini.

Sunghoon berpura-pura kesakitan dan mengeluarkan air mata palsunya. "Jangan tarik k-kaki g-gue Won! Gue habis kecelakaan," mohon Sunghoon.

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang