Jungwon sedang menyirami tanaman yang ada di depan rumah mereka. Dia meringis saat meliht salah satu pohon kaktusnya mati, Jungwon sedih melihat itu.
"Huhu kaktus maafin Wonie ya ga ngerawat kamu dengan baik, Wonie ga ada niat buat bunuh kamu kok," lirih Jungwon. Dia memandang kaktusnya sedih dan meletakkan dia atas tanah.
Jungwon mulai melihat tanaman yang lain, Jungwon sama seperti ibunya yang menyukai tanaman. Jika ibunya ada maka mereka akan merawat semua tanaman yang ada di sana.
Rumah mereka mewah dengan lapangan yang luas, di tembok sebelah kanan terdapat banyak tanaman dan tumbuhan, sedangkan di tembok sebelah kiri terdapat lukisan, kolam ikan dan juga pos satpam. Dia belakang juga ada pepohonan dan kolam renang.
Jungwon saat ini sampai di depan pagar, di sana ada banyak bunga yang begitu indah. Saat sedang memeriksa bunga, pandangannya terpaku dengan orang yang berseragam rapi.
"Paket dari layanan pos Internasional," ujar tukang pos. Jungwonpun membuka pagar dan tersenyum ramah dengan tukang pos.
"Dengan Park Jungwon?"
"Iya Pak," jawab Jungwon. Sang tukang pos langsung menguruh Jungwon tanda tangan, dia kemudian memberikan paket laptop yang diminta Jungwon kepada orang tuanya beberapa hari yang lalu.
"Wah laptop Wonie dah sampe, makasih ya Pak," kata Jungwon. Dia merasa bahagia bahkan sangat bahagia, Jungwon menunggu sang tukang pos pergi dan langsung masuk ke dalam rumah.
Dia membawa kursi rodanya dengan kencang, tujuannya saat ini adalah Sunghoon. Dia akan menunjukkan ini kepada Sunghoon.
"Bang Sunghoon!" teriak Jungwon. Dia masuk ke dalam kamar Sunghoon tanpa meminta izin terlebih dahulu, sepertinya Jungwon lupa bahwa Sunghoon begitu membencinya.
Jungwon melihat Sunghoon yang tertidur, dia menghampirinya dan menggoyang-goyangkan tubuh Sunghoon.
"Bang Sunghoon bangun bentar, Wonie ada hadiah," tutur Jungwon. Sunghoon masih belum bangun, hal itu membuat Jungwon semakin semangat untuk membangunkannya.
"Bang Sunghoon bangun dulu, ini Wonie bawa sesuatu!" seru Jungwon. Sunghoonpun mencoba untuk bangun, dia membuka matanya dan terkejut saat Jungwon ada di depannya.
"Ngapain lo masuk kamar gue?" tanya Sunghoon dingin, suaranya yang serak saat bangun tidur membuat Jungwon terkekeh kecil.
"Muka bang Sunghoon lucu pas bangun tidur, gemes . Pengen Wonie gigit hihi." Sunghoon berdecak kesal mendengar itu, dia duduk di kasurnya dengan pandangan yang datar.
"Udah sana lo ke luar." Sunghoon saat ini berbaik hati, mulutnya belum berniat untuk membentak Jungwon.
"Ga mau!" jawab Jungwon. Sunghoon hanya memandang adiknya datar, tapi pandangannya terpaku pada sesuatu yang ada di pangkuan Jungwon.
Ingin bertanya tapi dia malas menggerakkan mulutnya, hatinya sudah mengatakannya tapi lidahnya terasa kelu untuk itu semua.
"Mau nanya ini, kan? Ini paketb laptop yang dikirim dari mama sama papa, kita coba bareng-bareng yok," ajak Jungwon semangat.
Jungwon sudah meletakkan laptop itu di kasur Sunghoon, laptop itu memang agak berat tapi dia tidak masalah dengan hal itu.
Sunghoon yang mendengar tentang laptop tiba-tiba saja matanya terbuka lebar. Hari di mana papanya memarahinya hanya karena meminta laptop kembali diingatnya.
Ekspresi Jungwon yang begitu bahagia saat mendapat laptop itu membuat dia merasa bahagia. Seharusnya dia yang mendapatkannya, bukan Jungwon! Seharusnya dia orang yang pertama menyentuhnya bukan si cacat ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)
Fiksi PenggemarSeseorang yang bernama Jungwon harus menelan pahitnya kehidupan, semua itu dia telan hanya cacat yang dialaminya. Cacatnya berasal dari lahir, dia harus mengalami kelumpuhan karena tidak memiliki tulang sum-sum. Jika orang lain akan disayangi oleh k...