22. Pulang

265 49 6
                                    

Jay dengan nafas yang memburu masuk ke dalam rumahnya, kakinya dengan kasar menendang pintu rumahnya membuat orang tuanya terkejut.

"Apa sopan santun yang kami ajarkan itu kurang untukmu?" Pertanyaan dari ayahnya tidak dijawab Jay, kakinya langsung naik ke atas sofa dan berbaring di sana.

Tiba-tiba saja ibunya datang membawa cemilan dan  tak lupa memukul wajah Jay menggunakan bantal. Jay yang terkejut dengan itu pun langsung bangkit dan mengusap wajahnya.

"Bunda kenapa sih? Sakit tau muka Jay!" seru Jay. Ibunya hanya mengedikkan bahunya acuh dan duduk di samping anaknya.

Jay kembali berbaring dan kini paha ibunya dibuat menjadi bantal, ayahnya yang melihat itu langsung melototkan matanya tapi Jay tidak peduli.

"Apa? Mau iri sama anak sendiri!" tegas ibunya. Jay terkikik geli mendengar itu dan menjulurkan lidahnya, bermaksud untuk mengejek ayahnya yang menatapnya sebal.

"Kok pulangnya cepet? Bukannya mau jenguk Sunghoon?"

Mata Jay terpejam saat tangan ibunya mengelus rambutnya, tangan yang begitu lembut membuat emosinya turun dengan cepat.

Jay berbalik ke arah kanan dan memeluk perut ibunya, memang selalu seperti ini jika sudah bertemu dengan ibunya maka Jay akan berubah menjadi anak yang manja.

"Malesin anaknya," jawab Jay dengan suara teredam.

"Kenapa? Kalian ada masalah?" Jay hanya diam mendengar penuturan ibunya, dia tidak lagi menjawab melainkan melamun.

Ruangan itu sunyi saat Jay tak kunjung bersuara, ibu dan ayahnya saling bertukar pandang melihat tingkah anaknya.

"Jay?" panggil ibunya sambil menggoyangkan bahunya. Jay hanya berdehem sebentar, malas rasanya ingin menjawab pertanyaan ibunya.

"Kalian ada masalah?" tanya ibunya sekali lagi. Jay mengubah posisi tubuhnya menjadi telentang dan menggelengkan kepalanya.

"Serius?" Nada pertanyaan ayahnya terdengar seperti tidak percaya dengan ucapan anaknya.

"Hm."

"Ya udah kalau ga mau cerita gapapa." Ayahnya kembali memakan cemilan yang dibuatkan istrinya, membiarkan anaknya yang masih melamun dan belum mengubah posisinya.

Jay menghela nafas lelah, masih tidak percaya dengan tingkah Sunghoon dan cerita Jin Yu. Jay jadi berpikir, apakah selain ini masih ada lagi yang disembunyikannya?

Tapi kenapa? Apakah pertemanan mereka selama bertahun-tahun tidak ada harganya di mata Sunghoon, jujur Jay sakit hatid an kecewa dengan itu semua.

Sunghoon orang yang disayanginya ternyata menyimpan rapat rahasianya, Jay yang saat itu sedang melamun terkejut saat sebuah stick game terlempar ke wajahnya.

"Apa sih Yah!"

"Apa lagi, mumpung kamu lagi di rumah mending main game sama ayah, yang kalah pindah rumah plus dicoret dari kartu keluarga dan struktur keturunan keluarga Park di rumah ini," kata ayahnya datar.

Jay yang mendengar itu merasa tertantang, dia bangkit dari pangkuan ibunya dan duduk di samping ayahnya. Ibunya hanya geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

Ia duduk di samping putranya yang kini sudah di samping suaminya, ibunya hanya memperhatikan anak dan suaminya bermain game.

"Yang ngomong kasar kerjakan semua pekerjaan rumah selama tiga bulan," ucap ibunya tegas.

Jay dan ayahnya menelan ludah gugup, pekerjaan yang selalu mereka berdua hindari sekarang harus ada di depan mata.

"Jay ayo ngomong kasar, biar kamu belajar jadi babu di rumah kamu sendiri," bisik ayahnya. Jay menyikut perut ayahnya dan menatapnya kesal.

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang