32. Tidak mengakui

214 40 6
                                    

Jungwon dan teman-temannya duduk di bangku taman, banyak cemilan yang sudah mereka beli dan memutuskan untuk makan di sana.

"Nah sekarang ayo cerita!"

Haruto mendelik kesal mendengar nada tuntutan yang ke luar dari bibir Win. "Sabar elah, baru juga sampai!"

"Ish aku tu penasaran tau! Kamu diem aja deh To, rumah kamukan ga deketan sama rumah dia!" seru Win kesal.

Haruto berdecih dan mengambil cemilan tadi, cemilan itu tepat berada di sampingnya jadi dia mudah untuk menggapainya. Sembari membuka cemilan, Haruto mulai mendengar Jungwon yang menghela nafas.

"Kalian taukan kalo Wonie cacat  dan ga bisa jalan," celetuk Jungwon. Mereka semua menganggukkan kepalanya, semua orang juga tahu atas kecacatan yang Jungwon alami.

"Karena itu Wonie selalu disayang sama mama dan papa. Bang Sunghoon dulu pas masih kecil sayang banget sama Wonie, selalu jagain Wonie, bahkan kita selalu jahilin mama," jelas Jungwon. Air matanya ikut menetes mengingat semua momen bahagia itu, andai semua itu terulang lagi mungkin Jungwon akan sangat bahagia.

"Tapi lama-kelamaan rasa sayang mama sama papa ke Wonie bikin bang Sunghoon iri, semua itu karena bang Sunghoon selalu diasingkan. "

"Bang Sunghoon nurunin sifat ayah yang temperamen dan kasar, dia selalu marah-marah sama Wonie dengan alasan sepele bahkan selalu mukul Wonie, bakar kulit Wonie ... nyambuk Wonie bahkan pernah biarin Wonie terbaring di lantai kamar dan dengan shower yang menyala."

Win tersentak kuat mendengar itu, sedangakn Haruto dan Dohyon tidak bisa berkata-kata lagi. pantas saja Sunghoon sekejam itu ternyata ke adiknya sikapnya sama saja.

"Terus beberapa hari yang lalu bang Sunghoon kecelekaan, mama sama papa pulang ke sini dan jenguk bang Sunghoon. Bamg Sunghoon bahagia banget begitu juga Wonie, karena bagi Wonie apa yang membuat bang Sunghoon bahagia Wonie tetap bahagia," tutur Jungwon.

Memang Jungwon terbata-bata dalam mengatakan itu semua, tapi bagaiamanapun juga dia tetap akan berusaha menceritakan semua ini, biarpun sebenarnya dari tadi Win sudah memintanya untuk berhenti jika tidak kuat. Namun Jungwon tetap kukuh untuk menceritakan ini semua.

"Wonie bisa lihat kebahagiaan di mata bang Sunghoon, itu makanya Wonie ga berniat buat ngeganggu kebahagiaan dia. Wonie pergi ke rumah Haruto sama kalian kita makan-makan di sana dan main-main, Wonie juga pergi ke kelas lukis kak Jin Yu."

"Nah singkat cerita, pulang dari kelas lukis Wonie pengen mangga. Wonie coba ambil mangga itu dan akhirnya jatuh, kepala Wonie pecah tapi sekarang udah gapapa. Itu makanua Win berpapasan sama mama pas mau ngambil baju Wonie," jelas Jungwon.

Win menganggukkan kepalanya mengerti, sekarang dia paham kenapa Chaemi tergesa-gesa saat itu, ternyata Jungwon sedang mengalami musibah.

"Wonie waktu itu udah satu ruangan sama Bang Sunghoon, mungkin biar mudah ngerawatnya. Nah pas mama sama papa ke luar ruangan karena ada urusan, bang Sunghoon mulai marah-marah sama Wonie dan nuduh kalau Wonie itu ngerenggut kebahagiaan dia."

"Karena Wonie udah muak jadi Wonie ngelawan, kita sempat cek cok dan itu didenger sama papa. Sebelum itu kita juga ada cek cok tapi didengar sama mama dan papa, papa juga hampir nampar Wonie tapi bang Sunghoon pura-pura ngelindungi Wonie."

"Gue ga bisa ngelihat, tapi muka abang lo itu emang kek anj*ng!" hardik Haruto. Dohyon memukul pelan pahanya membuat Haruto meringis kesakitan.

"Haruto omongan kamu jangan gitu! Takutnya nanti Jungwon sakit hati!" nasihat Win.

"Enggak gapapa," jawab Jungwon. Dia tidak merasa marah saat abangnya dimaki, karena menurutnya kata-kata kasar itu pantas untuk abangnya.

"Jadi pas cek-cok ke-dua papa ga sengaja denger omongan Wonie kalau bang Sunghoon itu beban keluarga, padahal bang Sunghoon yang duluan ngucapin itu ke Wonie. Alhasil papa marah banget sampe nyeret Wonie ke luar ruangan."

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang