18. Rumah sepi

275 50 0
                                    

Jungwon sekarang seorang diri di rumah, dia ingin masuk ke kamarnya tapi niatnya itu terhenti saat mendengar suara telepon berdering. Jungwon langsung mengangkat telepon itu.

[Hallo?]

[Jungwon sayang, bener abang kamu kecelakaan?] Terdengar nada khawatir di sebelah sana, Jungwon tahu ibunya saat ini pasti khawatir.

'Syukurlah, berarti mama masih sayang sama bang Sunghoon,' batin Jungwon.

[Iya Ma, bang Sunghoon kecelakaan dan sekarang di rumah sakit.]

[Mama pulang ya, kasian bang Hoonie sendirian di sana, dia rindu sama kalian.] Terdengar nada memohon di setiap ucapan Jungwon.

Mau bagaimana lagi, jika tidak seperti ini belum tentu orang tuanya ingin menjenguk Sunghoon, singkatnya semuanya karena Jungwon yang berusaha dan Sunghoon tidak sadar akan itu semua.

Jungwon mengulum bibirnya, matanya sesekali melirik ke atas. Dia tidak ingin air matanya jatuh atau nanti dadanya sesak, dia terisak dan susah untuk berbicara.

[Iya sayang kita pulang kok, sekalian mau ngeliat keadaan kamu gimana.] Bukan suara ibunya lagi yang terdengar, tapi suara ayahnya.

[Enggak, fokus ke bang Hoonie aja dulu Wonie nanti aja, kasian bang Hoonie hubungannya renggang sama kalian.]

Terdiam, ibu dan ayahnya tidak menjawab ucapan Jungwon. Di sini Jungwon agak takut, takut jika nanti mereka berdua akan marah kepadanya, bagaimanapun Jungwon sangat membutuhkan kasih sayang mereka.

[Jungwon, siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu?] Suara berat ayahnya membuat Jungwon menelan ludahnya takut, bagaimana ini apakah ayahnya akan membentaknya.

[Kenyataan, kenyataan dan fakta yang ngajarin Wonie ngomong gitu. Buka mata kalian, lihat bang Hoonie ga selucu dulu lagi.]

[Anak kalian dua bukan satu, anak kalian itu Park Sunghoon dan Park Jungwon bukan hanya Park Jungwon, kalian orang tua kan? Maka bersikap adillah pada anak-anak kalian.]

Selesai sudah mengatakan itu, Jungwon menutup telpon tadi. Tidak menunggu tanggapan ke-dua orang tuanya di seberang sana. Biarkan saja, Jungwon terlalu muak dengan sikap mereka.

"Wonie udah baik kan bang," gumam Jungwon dan masuk ke dalam kamarnya.

Entahlah, rasa takutnya seketika hilang karena semua masalah ini. Di dalam tidurnya, Jungwon hanya berdoa semoga ke-dua orang tuanya tidak marah kepadanya ataupun kepada abangnya.

Dia tau ucapannya tadi terkesan kurang ajar, tapi jika tidak seperti itu belum tentu orang tuanya akan sadar dengan kesalahan mereka.

"Maaf," gumam Jungwon dan langsung tidur.

***

Di dalam kamar, Jin Yu belum bisa tidur. Sesuatu membuatnya gelisah, hal ini membuat Jin Yu ikut kesal. Dia bingung siapa yang harus digelisahkannya malam ini?

Apa ada orang penting di dalam hidupnya yang sedang mendapat musibah? Jin Yu mengambil ponselnya dan mencari nomor pamannya.

[Hallo paman.]

[Hallo Jin Yu, kenapa Nak? Kamu butuh sesuatu makanya nelpon paman jam segini?]

Jin Yu menggigit kukunya, dia merasa bersalah karena sudah mengganggu tidur mereka malam ini.

[Enggak kok, ya udah deh Jin Yu tutup ya selamat malam.]

Jin Yu langsung menutup telponnya dan kembali berbaring di kasurnya, saat ingin memejamkan matanya saat itu juga dia teringat tentang tugas sekolahnya.

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang