"Bang Sunghoon mau ke mana?" Jungwon yang sedang menonton televisi, menatap Sunghoon yang berjalan ke luar dari kamarnya.
"Bukan urusan lo!" kata Sunghoon dingin.
"Bang Sunghoon jangan pulang lama ya, tau kan Wonie ...." Jungwon tidak melanjutkan ucapannya, dia yakin pasti abangnya mengetahui itu.
Sunghoon berbalik, dia menatap Jungwon dengan alis sebelah yang terangkat. Apa Jungwon benar-benar mengatakan itu? Apa Jungwon lupa bahwa Sunghoon sangat-sangat membencinya.
"Tau apa? Eh asal lo tau ya ... semua kebiasaan lo gue udah ga inget lagi, jadi stop ngatur-ngatur gue!"
"Gue mau pergi dan gue ga tau pulang jam berapa, mungkin ga pulang juga jalan yang bagus. Mending gue ga pulang dari pada ngeliat muka lo yang membuat gue muak!"
"Dasar nyusahin! Mati kek lo! Biar beban gue kurang, lo di rumah ini juga ga ada gunanya, bikin eneg yang ada."
Sunghoon mencacinya habis-habisan, dia tersenyum licik melihat Jungwon yang menahan air matanya ingin ke luar. Jungwon hanya bisa menatapnya dan berkedip beberapa kali, hanya tidak menyangka jika Sunghoon sanggup mengatakan itu semua.
"Tapi Bang Wonie-"
"Mending lo diem deh, ga bisa emangnya sehari aja ga bikin masalah dan ga bikin gue emosi. Gue udah berbaik hati buat ngijinin lo tinggal di rumah ini, jangan sampe gue buang ke tengah jalan lo ya!"
Ancaman Sunghoon membuat Jungwon terdiam, dia hanya ingin meminta jangan pulang malam karena dia tidak punya teman di rumah.
Jungwon juga takut jika Sunghoon akan kenapa-napa. Bukan hanya itu, dia juga susah buat melakukan apa pun, semuanya perlu bantuan dari orang lain. Tapi orang lain itu pergi dan tidak menghiraukannya.
Jungwon hanya menatap nanar Sunghoon yang sudah berbalik, sesekali dia mengumpat kesal dan menatap Jungwon tajam. Baru setelah itu, dia pun pergi dari sana.
"Mama kapan pulang, Bang Sunghoon selalu kasar sama Wonie," gumam Jungwon dan menangis. Dia pergi ke kamarnya, secara perlahan Jungwon naik ke kasurnya dan membaringkan dirinya di sana.
Jungwon tidur menghadap jendela, gorden jendelanya tertiup angin membuat Jungwon memejamkan matanya. Secara perlahan semua cacian Sunghoon kembali timbul di kepalanya.
"Iya Wonie nyusahin, Wonie beban, Wonie juga ga guna. Wonie tau semua itu, tapi kenapa Bang Sunghoon ga pernah nyadari sikapnya sama Wonie, dia ... cuman bisa marahi Wonie dan nyuruh Wonie mati, apa dia ga sadar sama sikapnya ke Wonie gimana."
Jungwon mengungkapkan semua keluh kesalnya di kamar ini, Jungwon tentu terkadang merasa kesal mendengar ucapan Sunghoon. Tapi dia tidak tahu kapan bisa mengungkapkan kekesalannya agar Sunghoon sadar diri.
"Kalau bisa milih takdir ... lebih baik Wonie pergi pas masih kecil, saat itu Bang Sunghoon masih sayang Wonie. Kalau Wonie pergi pasti Bang Sunghoon bakal nangis, tapi kalau sekarang? Pasti enggak kan. Wonie ga mau sifat jelek itu ada di hati Bang Sunghoon, tapi kenapa Bang Sunghoon ga paham."
"AKKHHHHHH!"
Jungwon berteriak, ucapan Sunghoon benar-benar mengguncang mentalnya, entah kapan Sunghoon akan berhenti mencaci kakinya.
"WONIE BENCI MAMA PAPA!" teriak Jungwon dan menangis keras. Kembali lagi ini semua salah orang tuanya, dia akan kembali meluruskannya supaya Sunghoon tidak tersisihkan.
Dia memukul bantalnya dan melemparkan foto yang ada di nakasnya, foto itu berisi dia dan ke-dua orang tuanya. Orang tuanya jahat, mereka tidak bisa merawat anak mereka dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)
FanfictionSeseorang yang bernama Jungwon harus menelan pahitnya kehidupan, semua itu dia telan hanya cacat yang dialaminya. Cacatnya berasal dari lahir, dia harus mengalami kelumpuhan karena tidak memiliki tulang sum-sum. Jika orang lain akan disayangi oleh k...